Tag Archives: tokoh arab

Oleh: Hafis Muzakkir* Belajar dari Kepergian Sosok Raja yang Tidak Memiliki Keturunan dan Juga Raja Terlama yang Menjabat di Kesultanan Oman Sayyid Qaboos bin Sa’id Al Bu Sa’id atau biasa disapa Sultan Qaboos adalah salah seorang raja yang bisa dikatakan terlama di negeri Oman dan bahkan mencakup di dunia Arab. Ia, merupakan raja yang sangat dicintai rakyatnya disisi lain yang menyebabkan ia dinobatkan menjadi raja terlama. Hidup Sultan Qaboos dimulai saat ia dilahirkan pada 18 November 1940 di Salalah, Oman dari orang tua yang bernama Sa’id bin Taimur dan Mazoon Al-Mashani. Beranjak dewasa, Sultan Qaboos banyak menghabiskan waktunya di Britania Raya Inggris sebagai seorang penuntut ilmu di Akademi kemiliteran yang dilanjutkan sebagai Anggota Militer sementara di Britania Raya. Tak lama kemudian setelah itu, ia kembali ke bumi asalnya yaitu Oman pada tahun 1966. Kisah demi kisah berjalannya waktu Sultan Qaboos menjadi tahanan virtual ayahnya setelah kepulangannya dari Britania Raya atau Inggris Raya. Berawal dari hal itu Sultan Qaboos berkeinginan mengambil tahta ayahnya dalam hal kepemimpinan kerajaan Oman. Tepat pada tahun 1970 tiga tahun setelah ia dipenjara oleh ayahnya ia naik tahta dengan mengkudeta ayahnya sendiri dengan dukungan dari Inggris. Ia mengkudeta ayahnya karena pada masa pemerintahan ayahnya Oman menjadi negara yang tertututup banyak kebijakan yang tidak sesuai menurutnya. Kemudian dari naik tahtanya Qaboos negaranya dinamai sebagai Kesultanan Oman yang mana ini menjadi awal Sultan Qaboos memulai kisahnya. Lika-liku dan dinamika Sultan Qaboos tergambar sebagai kisah yang unik saat pertama kali ia menjadi Sultan di Kesultanan Oman. Ia di uji dalam segi kepemimpinan saat ia menghadapi pemberontakan bersenjata dari kaum Komunis di Yaman Selatan, yaitu Pemberontakan Dhofar. Dari kasus ini di sebut sebagai penguasa atau pemimpin kuat nan cerdas karena ia dengan cepat mengalahkan serangan tersebut atas bantuan beberapa negara. Qaboos acap kali disebut sebagai orang yang karismatik dan visioner, Qaboos juga seorang penguasa absolut dan semua suara yang berbeda pendapat dibungkamnya dengan banyaknya terobosan positif yang ia persembahkan untuk rakyat dan negaranya. Salah satu terobosan jangka panjang Qaboos yang amat sangat bermanfaat ialah membangun masjid di wilayah Bausher muhafazah Muscat pada tahun 1992. Dalam hal ini jauh sebelum itu, ia juga sudah membuat masjid sederhana di Muscat. Tahun 1992 itu ia meminta dibuatkan rancangan untuk masjid terbesar di dunia. Masjid tersebut dibuat berdasarkan seni dan arsitektur Islami yang terbaik yang bukan hanya dari satu negara atau satu tradisi Islam saja tapi dari seluruh aliran seni arsitektur keislaman. Dia pernah mendamaikan Iran dan Amerika Serikat di zaman kepemimpinan Obama. Ia mengadakan pembicaraan rahasia yang mempertemukan keduanya hingga lahir kesepakatan soal program nuklir di Iran. Letak geografis Oman yang berada di salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia, memungkinkan Qaboos tampil menjadi tokoh diplomatik yang bijaksana dan diperhitungkan. Ia juga menjadikan minyak dimana merupakan kekayaan di negerinya untuk memajukan Oman. Ia juga membangun jalan, rumah sakit, sekolah, dan berbagai infrastruktur modern di sepenjuru negeri untuk meningkatkan kualitas hidup rakyatnya. Upaya-upaya inilah dianggap berhasil sehingga membuat sosoknya sangat dihormati. Dibalik kisahnya yang begitu menkjubkan dalam memerintah dan berkuasa di Oman, ia mempunyai keunikan yang mana ini jarang sekali dimiliki mayoritas raja-raja Arab sebelumnya. Oman ialah negara yang bersistem kerajaan dengan bentuk pemerintahan monarki absolut. Dari bentuk monarki absolut ini nantinya pasti dalam hal peralihan estafet kekuasaan harus diteruskan oleh anak cucu dari raja tersebut. Akan tetapi Kesultanan Oman berbeda ketika Sultan Qaboos menjabat sebagai raja di kesultanan Oman karena jika nantinya estafet kepemimpinan ini ingin diteruskan maka harus ada penggantinya yang merupakan anak cucu Sultan Qaboos sedangan Qaboos sendiri dikabarkan tidak memiliki anak maupun keturunan. Berangkat dari hal di atas masalah tersebut menjadi hal yang rumit di pecahkan ketika awal tahun 2020 segenap masyarakat Oman berkabung atas kepergian raja mereka yang amat dicintai. Tepat pada 10 Januari 2020 Sultan Qaboos menghembuskan nafas terakhirnya dan meninggalkan seluruh tahta kerajaan yang dulu ia miliki. Kini istilah penguasa terlama di Arab telah menjadi istilah yang akan tertulis di buku sejarah sejak kepergian Sultan Qaboos. Maka dari sinilah benar adanya bahwa yang dikatakan oleh para jurnalis dan seluruh para pemimpin negara benar benar kehilangan sosok raja bijaksana nan cerdas bagi bangsa Oman. *) Penulis adalah mahasiswa Sastra Arab angkatan 2017.

Oleh: Ritcia Antoni* Dia adalah Sultan Muhammad II, adalah Sultan Utsmani ke -7 dalam sisilah keturunan keluarga Utsman. Muhammad II memiliki gelar Al-Fatih dan Abu Al-Akhirat. Memiliki kepribadian kuat menggabungkan kekuatan dan keadilan yang membuatnya menjadi sosok legenda sejarah umat Islam yang sangat populer setelah berhasil menaklukkan Kota Konstantinopel ke tangan umat muslim pada tahun 1453M. Sosok Sultan Muhammad II merupakan seorang Khilafah Utsmaniyah, memerintah hampir selama tiga puluh tahun yang diwarnai dengan kemuliaan dan kebaikan bagi kaum muslimin. Ia memiliki amanah menjadi Sultan Utsmani setelah menggantikan ayahnya Muhammad 1 yang telah wafat pada tanggal 16 Muharram 855 H, bertepatan dengan  18 Februari 1451 M. Ketika itu Muhammad II masih memiliki umur menginjak 22 tahun. Sejak masa kecilnya memiliki keunggulan dalam menyerap dan menangkap ilmu pengetahuan. Ia memiliki pengetahuan yang luas, khususnya dalam bidang Bahasa, serta memiliki kecenderungan besar terhadap buku-buku sejarah. Inilah yang membuatnya menjadi sosok seorang pemimpin pasukan muslimin yang memiliki keahlian urusan manajemen, administrasi negara, penguasaan medan dan ahli strategi perang. Keunggulan akhlaknya terhadap Syariat Islam membuatnya memiliki sikap bijaksana, pemberani, suka memberi, dan rela berkorban, demi membela akidah dan syariat. Semua itu dilakukan dengan mengharapkan pahala dari Allah. Keteguhan Hati dan Keberanian Sultan Al-Fatih terjun sendiri ke medan laga dan berperang melawan musuh dengan pedangnya sendiri. Dalam peperang di wilayah Balkan, tantara Utsmani berhadapan dengan tentara Bughanda yang bersembunyi di balik pepohonan yang rapat. Pasukan Utsmani yang melihat mocong meriam yang diarahkan dari pepohonan seketika melakukan tiarap karena posisi tertahan dari serangan mengejutkan tersebut. Kemudian sang Sultan lalu berteriak dengan lantang “Wahai pasukan Mujahidin, jadilah kalian tentara Allah, dan hendaklah ada dalam dada kalian semangat Islam yang membara”. Kemudian ia memegang tameng dan menghunuskan pedangnya, serta segera memacu kudanya ke arah paling depan tanpa menoleh kepada apapun. Tindakannya ini memunculkan semangat jihad yang membara, kemudian semua pasukan bergerak dengan gemuruh takbir menyusul komandan tertingginya tersebut. Pasukan Utsmani berhasil mempora-porandakan pasukan Bughanda serta berhasil memenangkan peperangan. Keikhlasan Sesungguhnya dalam banyak sikap yang diabadikan dalam perjalanan sejarah Sultan Al-Fatih, tampak keutamaan sikap keikhlasannya, kedalaman iman, serta akidah lurus. Dalam sebuah syair dia berkata: Niatku: Taat kepada perintah Allah, “Dan Hendaklah kalian berjihad di jalan-Nya (Al-Maidah: 35)Wa Hamasi (semangatku): Adalah mengeluarkan semua upaya untuk mengabdi pada agamaku, agama Allah.‘Azmi (tekadku): Saya akan buat orang-orang kafir bertekuk lutut dengan bala tentaraku, berkat kelembutan Allah.Jihadi (Jihadku): Adalah dengan jiwa raga dan harta benda. Lalu apa makna dunia setelah ketaatan kepada perintah Allah.Wa Tafkiri (pusat pikiranku): Terpusat pada kemenangan yang datang dari rahmat Allah.Asywaqi (Kerinduanku): Perang dan perang ratusan ribu kali untuk mendapatkan ridha Allah.Wa Raja’I (Harapanku): Adalah pertolongan Allah, dan kemenangan negara inni atas musuh-musuh Allah. Disiplin Berilmu Orang tua Sultan sudah memperhatikan dirinya sejak masa kecil. Ia tunduk akan aturan gurunya Syaikh Aaq Syamsuddin ulama ahli pada masanya. Ia mempelajari Al-Quran, hadis, fiqih, dan ilmu modern seperti berhitung, falak, sejarah, pendidikan kemiliteran, baik secara teori maupun praktik. Dampak dari pendidikan yang ia terima, tampak sekali dalam orientasi peradaban, politik dan kemiliteran. Sultan menguasai tiga bahasa dengan sangat baik yang tidak mungkin bagi seseorang yang berpendidikan di masa itu tidak menguasainya, yakni Bahasa Arab, Persia, dan Turki. Ia juga dikenal sebagai seorang penyair dan dia mengarang kumpulan puisi dalam Bahasa Turki. Menjunjung Tinggi Keadilan Sultan telah berinteraksi dengan Ahli Kitab sesuai dengan syariat Islam dan memberikan pada mereka hak-hak beragama. Ia tidak pernah melakukan perlakuan jahat pada seseorang pun dari kalangan Nasrani. Bahkan sebaliknya ia menghormati para pemimpin mereka dan berbuat baik kepada mereka. Baginya keadilan sebagai pondasi kekuasaan. Cerdas Kecerdasan Sultan Al-Fatih terlihat jelas dari ide cemerlang untuk memindahkan kapal-kapal dari pangkalan menuju wilayah Tanduk Emas. Dengan cara menarik kapal-kapal tersebut ke daratan dengan diluncurkan di atas kayu-kayu yang telah diberi minyak dan lemak. Hal ini dilakukan untuk menghindari pantauan pasukan Geneva di Galata, sedangkan jarak kedua Pelabuhan adalah sejauh tiga mil. Medan yang ia melewati bukanlah dataran rendah melainkan perbukitan, dengan taktiknya ia memberi arahan meratakan tanah kemudian menyiapkan papan kayu yang disusun dengan lapisan minyak, kemudian kapal-kapal itu ditarik dan melewati perbukitan. Pekerjaan ini merupakan ide cemerlang pada masa itu. Yang mengagumkan adalah kecepatan berfikir dan kecepatan beraksi, satu hal yang menunjukan kecerdasannya. Kemauan Kuat dan Gigih Tatkala Sultan mengirimkan utusan untuk Konstantinopel untuk menyerahkan wilayahnya dengan jaminan tidak akan mendapatkan gangguan apa-apa, Raja Konstantinopel kemudian menolak dan akan mempertahankan wilayahnya. Kemudiaan Al Fatih memberikan jawaban “Baiklah, dalam jangka waktu dekat akan ada singgasana untukku di Konstantinopel atau aku akan terkubur bersama puing-puingnya”. Sikap yang juga tampak, Ketika pasukan Byzantium membakar benteng bergerak yang terbuat dari kayu, jawaban yang Sultan katakan : “Besok akan kami buatkan empet benteng semisal itu sebagai penggantinya”. Sikap ini menunjukan kemauan keras dan kegigihan dalam mencapai apa yang menjadi targetnya. Tanpa kegigihan tersebut rencana-rencana besar sulit akan terealisasi. Sungguh banyak pelajaran yang bisa diambil dari Sultan Muhammad Al Fatih, penerapan syariat Islam dalam sebuah kepemimpinan masyarakat ataupun sebuah bangsa bisa membawa keadilan dan kesejahteraan bersama. Setiap bangsa yang berusaha menerapkan ajaran Allah yang Maha Agung akan memperoleh hasil yang agung. Dan buah dari penerapan ini adalah gampang dilihatnya pada individu-individu, pemerintah, dan negaranya. Kemenangan gemilang dalam perjalanan umat Islam akan Allah berikan kepada siapa saja yang ikhlas berbuat demi menjalankan perintah Tuhannya, demi agama, menegakkan Syariah, serta mensucikan jiwanya. Maka dari itu kemenangan tidak bisa diperoleh kecuali dari mereka yang memenuhi syarat-syaratnya, sesuai Syariat Allah dan Sunnah-Nya. *) Penulis adalah mahasiswa Sastra Arab angkatan 2017.