Lima mahasiswa Sastra Arab UNS mengubah passion menjadi bisnis lewat warung kopi yang mengusung konsep slowbar dan sastra. Program Wirausaha Baru Mahasiswa (WIBAWA) dari Direktorat Alumni dan Kewirausahaan Mahasiswa UNS memberi jalan bagi mereka mewujudkan Dialogakopi. Malam mulai turun di sekitar kawasan kampus Universitas Sebelas Maret (UNS). Satu per satu lampu mulai menyala. Di sebuah bangunan yang menyerupai rumah tidak jauh dari kampus, aroma kopi tercium. Dialogakopi, warung kopi rintisan lima mahasiswa Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, angkatan 2024, baru saja membuka pintunya. Taqiuddin Zuhdi, ketua kelompok usaha ini, masih sibuk menyiapkan peralatan di balik konter. Pemuda asal Karanganyar itu bukan barista sembarangan. Pengalamannya di dunia kopi sudah terasah sejak lama, jauh sebelum ia memutuskan mewujudkan mimpi memiliki warung kopi sendiri. “Saya secara pribadi memiliki pengalaman di bidang kopi dan barista, dan hobi yang saya gemari semenjak kecil adalah berbisnis,” ujar Taqiuddin. Titik balik terjadi saat ia menghadiri sebuah seminar bisnis. Di sana, Taqiuddin mendapat pencerahan bahwa bisnis paling aman adalah yang dijalankan dengan konsep brick and mortar, bisnis dengan tempat fisik tetap sebagai sarana transaksi. “Dengan pengalaman dan skill yang saya miliki, saya memikirkan sebuah ide yaitu membangun sebuah warung kopi kecil dan menjadikannya impian atau target yang harus saya usahakan,” kenangnya. Pilihan jatuh pada bisnis kopi bukan tanpa alasan. Fenomena kafe sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup mahasiswa dan anak muda masa kini. “Tidak bisa dipungkiri bahwa kafe atau kopi sudah menjadi tren dan gaya hidup baru bagi anak-anak muda untuk sekadar nugas, nongkrong, diskusi,” kata Taqiuddin. Ia melihat peluang di tengah maraknya warung kopi yang bermunculan. Konsep Slowbar dan Sentuhan Sastra Namun, Dialogakopi tidak ingin sekadar menjadi warung kopi biasa. Dari namanya saja sudah tersirat konsep yang ingin diusung, yakni dialog. “Dialoga kopi berasal dari kata dialog. Kami membangun konsep slowbar dengan barista sebagai teman bincang,” jelas Taqiuddin. Di Dialogakopi, pelanggan tidak hanya membeli kopi, tetapi juga mendapat ruang untuk berbincang, merenung, bahkan berdiskusi dengan barista yang berperan lebih dari sekadar pembuat minuman. Sentuhan sastra pun tak luput dari perhatian. Latar belakang kelima anggota kelompok sebagai mahasiswa Sastra Arab memberi warna tersendiri. “Kami juga membawa konsep sastra dengan memberikan sentuhan kata pada cup coffee dan juga menyediakan buku sebagai sarana literasi,” tambah Taqiuddin. Ke depan, ambisi mereka tak berhenti di situ. Dialogakopi berencana merutinkan kegiatan bedah buku, ruang diskusi, bahkan ruang belajar bahasa, mulai dari bahasa Arab hingga bahasa isyarat. Visi ini sejalan dengan semangat literasi yang ingin mereka tanamkan di tengah komunitas mahasiswa. Yang tak kalah menarik, Dialogakopi memasang harga yang bersaing dan terjangkau bagi kantong mahasiswa. “Kami juga bersaing dengan harga pasar agar lebih mudah dijangkau oleh mahasiswa karena mereka adalah target pasar utama kami,” ujar Taqiuddin. Dari Hibah hingga Soft Opening Dialogakopi tidak lahir begitu saja. Kelima mahasiswa ini, Taqiuddin Zuhdi, Vitra Raffael Aqila, Ghaffari Nashwan, Alif Sumba, dan Pertiwi Mubarokah, mendapat angin segar dari kampus lewat program Wirausaha Baru Mahasiswa (WIBAWA) yang diselenggarakan Direktorat Alumni dan Kewirausahaan Mahasiswa (DAKM) UNS. Program WIBAWA bertujuan menumbuhkan jiwa kewirausahaan kepada mahasiswa sekaligus memberikan stimulus melalui hibah. “Alhamdulillah, kami mendapatkan support dari kampus. Saya merasakan memiliki privilege dari kampus yang mendukung penuh mahasiswanya untuk berwirausaha,” kata Taqiuddin dengan nada syukur. Dukungan kampus bukan hanya sekadar retorika. Hibah WIBAWA memberi mereka modal awal untuk mewujudkan impian. Sebelum membuka tempat fisik, mereka mengawali bisnis dengan berjualan di berbagai event dan sistem pre-order. Respons pasar cukup menggembirakan. Pada 12 November 2025, Dialogakopi akhirnya menggelar soft opening. Tempat yang mereka pilih adalah sebuah bangunan menyerupai rumah, tidak jauh dari kampus, berlokasi di Jalan Berseri Nomor 3, Gulon, Jebres. “Kami berusaha mencari tempat yang dekat dengan kampus agar mudah dijangkau, dan kebetulan kami mendapatkan tempat seperti rumah yang menjadikannya lebih bernuansa kekeluargaan,” jelas Taqiuddin. Grand opening dijadwalkan pada 21 November 2025, tepat sembilan hari setelah soft opening. Waktu singkat itu digunakan untuk evaluasi dan penyempurnaan operasional. Membagi Peran, Menjaga Kuliah Menjalankan bisnis sambil kuliah bukanlah perkara mudah. Namun, kelima mahasiswa ini tampak punya strategi jitu. Mereka membagi tugas dengan rapi. Semua anggota berperan sebagai barista, namun masing-masing punya tanggung jawab tambahan. Ada yang jadi koordinator, penanggung jawab produksi dan bahan baku, pengatur tata tertib dan jadwal, serta manajer pemasaran dan iklan. “Kami membuka bisnis ini dengan operasional pada malam hari, dan juga sistem shift per hari sehingga kesannya menjadi pekerjaan paruh waktu atau part time dan sama sekali tidak mengganggu perkuliahan,” ujar Taqiuddin. Keputusan operasional malam hari adalah langkah cerdas. Siang hari mereka bisa fokus kuliah, sementara malam hari adalah waktu prime time mahasiswa mencari tempat nongkrong atau mengerjakan tugas. Sistem shift memastikan tidak ada yang terbebani dan semua bisa seimbang antara akademik dan bisnis. Orientasi Jangka Panjang Berbeda dengan kebanyakan bisnis mahasiswa yang berumur pendek, Dialogakopi punya visi jauh ke depan. “Orientasi kami memang tidak hanya terbatas dalam jangka waktu ketika kami menjadi mahasiswa. Kami bahkan berharap agar bisnis ini ke depannya bisa melakukan ekspansi entah dari segi tempat maupun cabang,” kata Taqiuddin dengan penuh keyakinan. Ambisi itu bukan sekadar mimpi kosong. Dengan fondasi yang kuat, konsep unik, target pasar jelas, dan dukungan kampus, Dialogakopi berpeluang tumbuh menjadi bisnis yang berkelanjutan. Taqiuddin juga punya pesan untuk mahasiswa lain. “Saat ini, mencari pekerjaan tidak mudah. Semoga kegiatan seperti ini menjadi motivasi yang kuat khususnya untuk mahasiswa untuk berani dan sukses pada langkahnya sendiri, yaitu berani berwirausaha,” katanya. Model Perguruan Tinggi Progresif Langkah UNS lewat DAKM dan program WIBAWA menunjukkan peran perguruan tinggi di era modern. Kampus tidak cukup hanya mengajarkan teori di kelas, tetapi harus aktif membuka jalan bagi mahasiswanya menghadapi tantangan dunia kerja yang semakin kompetitif. Ucapan terima kasih ia sampaikan kepada DAKM UNS yang telah memberi peluang. “Support hingga kami dapat memulai langkah kami untuk berwirausaha,” ujarnya. Program seperti WIBAWA juga menjawab tatangan bahwa lulusan perguruan tinggi tidak hanya menjadi pencari kerja, melainkan pencipta lapangan kerja. Dengan membekali mahasiswa sejak dini untuk berwirausaha, kampus turut menciptakan ekosistem ekonomi yang lebih sehat. Malam semakin larut. Di Dialogakopi, beberapa pengunjung mulai berdatangan. Ada yang datang untuk mengerjakan tugas, ada yang sekadar ingin ngobrol santai sambil menikmati kopi. Taqiuddin dan
Dorong Partisipasi Mahasiswa, Sastra Arab FIB UNS Gelar Pembekalan Program Kreativitas Mahasiswa
SURAKARTA, SASTRA ARAB UNS — Program Studi Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Sebelas Maret (UNS) menggelar sosialisasi dan pembekalan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), Kamis (13/11/2025). Kegiatan yang berlangsung selama dua setengah jam di Ruang Seminar FIB itu menargetkan peningkatan partisipasi mahasiswa dalam ajang kompetisi riset dan kreativitas tingkat nasional. Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FIB UNS, Dr. Yusana Sasanti Dadtun, M.Hum., dalam sambutannya menegaskan pentingnya keterlibatan aktif mahasiswa dalam kegiatan ilmiah. “Harapannya partisipasi mahasiswa FIB, terutama Sastra Arab, meningkat. Terima kasih Kaprodi yang sudah menyelenggarakan acara,” ujarnya saat membuka kegiatan pukul 13.30 WIB. Acara yang dimoderatori Ketua Program Studi Sastra Arab, Dr. Reza Sukma Nugraha, M.Hum., menghadirkan dua narasumber berpengalaman dalam pembimbingan PKM. Aan Andri Yano, S.Pt., M.Sc., dosen Sekolah Vokasi UNS yang juga pembina prestasi mahasiswa dan reviewer Pekan Ilmiah Mahasiswa (PIM) UNS, menekankan komitmen penuh dalam persiapan proposal. “PKM menuntut mahasiswa menyiapkan diri secara 100%, tidak boleh setengah-setengah. Harus kerja sama antara mahasiswa, antaranggota, dan dosen pembimbing,” tegas Aan, menyoroti pentingnya sinergi dalam tim riset. Narasumber kedua, Dr. Muhammad Yunus Anis, S.S., M.A., dosen Sastra Arab yang juga reviewer PIM UNS, mengungkapkan optimisme terhadap potensi mahasiswa. “Harapannya tahun ini mahasiswa Sastra Arab ada yang diterima PKM Pendanaan. Mahasiswa bisa mengikuti berbagai skema sesuai passion-nya. Saya siap mendampingi dan memberikan konsultasi,” katanya. Antusiasme Mahasiswa Menggali Ide PKM Kegiatan yang diikuti mahasiswa angkatan 2023, 2024, dan 2025 itu berlangsung interaktif. Sejumlah peserta antusias mengajukan pertanyaan seputar mekanisme pengajuan proposal dan strategi lolos seleksi. Tak sedikit yang mengaku telah memiliki gagasan kreatif untuk diajukan ke PIM UNS, saringan tingkat universitas sebelum maju ke PKM nasional. PKM merupakan program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang memberikan kesempatan mahasiswa mengembangkan kreativitas dan inovasi melalui berbagai skema, mulai riset, pengabdian masyarakat, hingga kewirausahaan. PIM UNS menjadi gerbang seleksi awal bagi mahasiswa UNS sebelum berkompetisi di tingkat nasional. Melalui kegiatan ini, Program Studi Sastra Arab FIB UNS berupaya memfasilitasi mahasiswa dalam menyalurkan ide-ide kreatif sekaligus meningkatkan daya saing akademik di kancah nasional. Kesempatan konsultasi dan pendampingan langsung dari dosen pembimbing berpengalaman diharapkan mampu mendongkrak capaian prestasi mahasiswa di masa mendatang. [adm]
Berbekal Bahasa Arab Fushah dan Amiyah, Alumni Sastra Arab Bagikan Serunya Jadi Pemandu Umrah
SURAKARTA, SASTRA ARAB UNS — Di balik kelancaran perjalanan ibadah umrah jemaah Indonesia, ada sosok pemandu yang berperan penting memastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Dita Kafaabillah adalah salah satu dari mereka, alumni Sastra Arab Universitas Sebelas Maret (UNS) yang kini berprofesi sebagai pemandu umrah. Selain menjadi dosen, laki-laki asal Sukoharjo ini mengaku senang menjalani profesinya sebagai seorang tour leader, menjembatani jemaah Indonesia dengan tanah suci. “Ini pekerjaan yang sangat menyenangkan karena bisa membantu jemaah dalam melaksanakan ibadah,” ungkap alumni angkatan 2011 ini. Namun, di balik kesan menyenangkan itu, tersimpan tantangan yang tidak ringan. “Seorang pemandu umrah harus bisa responsif dalam melayani keluh kesah jemaah dan dituntut memiliki wawasan yang luas mengenai seluk-beluk destinasi-destinasi di kota-kota tujuan,” jelas Dita. Perjalanan Dita menjadi pemandu umrah bermula dari sebuah lowongan pekerjaan yang ia lamar. Setelah melewati beberapa tahap seleksi yang ketat, ia pun diterima. Berbekal ilmu dari Program Studi Sastra Arab UNS, ia merasa mendapat bekal yang cukup untuk mengemban tugas ini. “Profesi ini sangat berhubungan dengan Sastra Arab, karena seorang pemandu umrah dituntut memiliki kemampuan bahasa Arab baik fushah (baku) maupun amiyah (dialek sehari-hari). Selain itu, kami juga perlu memiliki wawasan luas mengenai budaya Arab dan sejarah-sejarah suatu kawasan,” terangnya. Dita mengungkapkan bahwa mata kuliah seperti fonologi, morfologi, sintaksis, dialektologi, dan sejarah kebudayaan/pemikiran Arab sangat menunjang pekerjaannya saat ini. Ilmu-ilmu tersebut menjadi modal berharga ketika ia harus menjelaskan sejarah tempat-tempat bersejarah di Makkah dan Madinah kepada jemaah. Pengalaman Tak Terlupakan Selama menjalani profesi ini, Dita memiliki segudang pengalaman berharga. Salah satunya ketika ia harus menghadapi situasi sulit saat hotel jemaah berpindah-pindah. “Pengalaman yang paling berkesan adalah ketika mendapat tantangan meng-handle jemaah dan menenangkan mereka saat hotel tempat menginap berpindah-pindah. Saat itu, saya harus berpikir ekstra untuk melobi dan berkoordinasi dengan berbagai pihak agar masalah cepat teratasi,” kenangnya. Sebagai pemandu yang sering berinteraksi dengan penduduk lokal Arab Saudi, Dita mengamati bahwa orang Saudi memiliki persepsi yang baik terhadap orang Indonesia. “Mereka senang dengan turis Indonesia karena suka berbelanja. Bahkan, banyak pedagang di sana yang bisa berbahasa Indonesia,” ujarnya. Prestasi dan Hobi Di luar aktivitasnya sebagai pemandu umrah, laki-laki yang berdomisili di Sukoharjo ini memiliki hobi traveling. Hobi ini tentu saja sangat mendukung profesinya yang mengharuskan ia sering bepergian. Semasa kuliah, Dita memiliki segudang prestasi. Ia pernah meraih Juara I Murattal Hifdzil Qur’an (MHQ) Juz ‘Amma yang diselenggarakan Masjid Agung Surakarta pada 2013. Selain itu, ia juga menerima Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS pada 2014 dan Pendanaan Penelitian DIKTI Program Kreativitas Mahasiswa – Penelitian (PKM-P) Bidang Sosial Humaniora pada tahun yang sama. Saran untuk Calon Pemandu Umrah Bagi mahasiswa yang berminat mengikuti jejaknya sebagai pemandu umrah, Dita memiliki beberapa saran penting. “Mulai persiapkan kemampuan bahasa Arab fushah dan amiyah, terutama bahasa lisan. Siapkan juga wawasan tambahan mengenai sejarah destinasi-destinasi penting,” pesannya. Dita juga menekankan bahwa memiliki wawasan di bidang umrah dan haji merupakan nilai plus yang akan sangat membantu dalam profesi ini. “Pengetahuan tentang ritual ibadah dan seluk-beluknya akan membuat calon pemandu lebih percaya diri dalam menjalankan tugas,” tutupnya. Kisah Dita membuktikan bahwa keterampilan praktis bahasa Arab dapat diterapkan dalam profesi yang bermanfaat dan menantang seperti pemandu umrah. Melalui profesinya, ia tidak hanya menerjemahkan bahasa, tetapi juga menjembatani budaya dan memastikan perjalanan spiritual jemaah Indonesia berlangsung dengan khusyuk dan lancar. [adm]
Bahasa Arab dan Kearifan Lokal Asia Tenggara: Paparan Riset Dosen Sastra Arab UNS di Amerika Serikat
Bahasa Arab berperan jauh lebih luas daripada sekadar bahasa keagamaan. Hal ini menjadi sorotan dalam forum akademik internasional bertajuk Asia in Conversation yang diselenggarakan oleh University of Wisconsin-Milwaukee (UWM), Amerika Serikat, Jumat (25/4/2025). Dalam kesempatan ini, Dr. Muhammad Yunus Anis, dosen Program Studi Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, diundang secara khusus untuk mempresentasikan kajiannya tentang hubungan erat bahasa Arab dan pelestarian kearifan lokal di Asia Tenggara. Acara yang digagas oleh UWM melalui program Community Empowerment & Institutional Inclusivity, serta didukung William F. Vilas Trust, ini menghadirkan diskusi lintas disiplin untuk menggali kontribusi Asia dalam ilmu pengetahuan, sosial, seni, dan humaniora. Bahasa Arab: Jembatan Budaya dan Kearifan Lokal Dalam presentasinya berjudul Arabic and Preservation of Local Wisdom in Southeast Asia, Dr. Muhammad Yunus Anis mengungkapkan bahwa pengaruh bahasa Arab di Asia, khususnya di kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia, tidak hanya terlihat dalam bidang keagamaan, tetapi juga membentuk lapisan budaya dan sosial masyarakat setempat. “Bahasa Arab berperan aktif dalam mempertahankan kearifan lokal melalui teks-teks keagamaan dan tradisi literasi, terutama di komunitas Muslim,” papar Anis. Ia mencontohkan karya-karya klasik seperti Syarah Al-Hikam karya KH Sholeh Darat dari Indonesia dan Shaykh Abdullah Gangohi dari India. Karya-karya ini bukan hanya menanamkan ajaran tasawuf teosofis, tetapi juga berhasil mentransmisikan nilai-nilai lokal lewat bahasa Arab dan penerjemahannya ke dalam bahasa-bahasa setempat seperti Jawa, Melayu, dan Indonesia. Melacak Kesenjangan Riset: Arab, Asia, dan Ancaman Kepunahan Bahasa Dalam paparannya, Anis menyoroti adanya kesenjangan riset di bidang ini. “Meskipun banyak penelitian mengenai pengaruh budaya Arab di Asia, masih minim kajian yang secara khusus membahas peran bahasa Arab dalam menjaga kearifan lokal dari ancaman kepunahan budaya,” ujarnya. Isu kepunahan bahasa menjadi kekhawatiran serius di dunia linguistik. Anis mengutip penelitian yang menunjukkan bahwa berkurangnya generasi penerus yang menggunakan bahasa warisan mempercepat kepunahan. Dalam konteks ini, dokumentasi teks dan pelestarian literatur berbahasa Arab–seperti teks beraksara Pegon di Indonesia–menjadi krusial. Menyatukan Bahasa, Budaya, dan Studi Lintas Disiplin Menggunakan pendekatan Systemic Functional Linguistics, Anis menganalisis struktur informasi dalam teks Syarah Al-Hikam, baik dalam bahasa aslinya (Pegon) maupun terjemahannya ke dalam Bahasa Indonesia. Ia menemukan bahwa penerjemahan tidak hanya mengubah bentuk bahasa, tetapi juga berdampak pada pola komunikasi antara teks dan pembacanya. Temuan ini menunjukkan bahwa penerjemahan berperan penting dalam mempertahankan kedekatan budaya, memperkaya studi sufisme, dan mendukung gerakan literasi keagamaan yang berdaya tahan di tengah modernitas. Komitmen Global untuk Pelestarian Bahasa Sebagai bagian dari langkah konkret, Anis mendorong kolaborasi antara perguruan tinggi, pesantren, dan lembaga riset seperti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk mendokumentasikan dan meneliti naskah-naskah Pegon. Selain itu, ia mengusulkan pentingnya penerjemahan berkualitas berbasis teori-teori teranyar dalam ilmu terjemahan untuk memperluas akses masyarakat terhadap literatur warisan ini. “Kajian terhadap naskah Pegon tidak hanya menyelamatkan teks, tetapi juga melestarikan kearifan lokal yang terkandung di dalamnya,” tegas Anis. Mewakili UNS di Forum Internasional Kehadiran Dr. Muhammad Yunus Anis di forum bergengsi ini menjadi bukti kiprah UNS dalam ranah internasional. Dalam undangannya, Dr. Xin Huang, Ketua Program Women’s and Gender Studies UWM, menyebutkan bahwa partisipasi Anis diharapkan dapat memperkaya dialog akademik tentang Asia di kancah global. Dengan semangat kolaboratif dan visi global, kegiatan ini memperkuat posisi Program Studi Sastra Arab UNS sebagai pusat kajian akademik yang tidak hanya bertumpu pada teks, tetapi juga aktif mendorong pengembangan ilmu yang kontekstual, humanis, dan berbasis penguatan budaya lokal. [adm]
Pengumuman Kelulusan Peserta KKN Mandiri Internasional
Berdasarkan hasil seleksi, berikut nama-nama peserta KKN Mandiri Internasional ke Malaysia: Informasi selanjutnya terkait berkas-berkas perlu disiapkan akan disampaikan oleh Program Studi. Mahasiswa yang berminat untuk melaksanakan KKN Mandiri Internasional dengan pendanaan mandiri (self-funded) mohon menghubungi Prodi paling lambat Jumat, 25 April 2025 pukul 12.00 WIB.
Pendaftaran Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mandiri Internasional
Program Studi Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret (UNS) akan melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) mandiri internasional yang diselenggarakan pada: Syarat Pendaftar Deskripsi Kegiatan Biaya yang Ditanggung Biaya yang Tidak Ditanggung Kesempatan KKN Biaya Mandiri Prodi juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa Prodi Sastra Arab yang tertarik mengikuti kegiatan KKN tersebut dengan biaya mandiri (self-funded) dengan syarat menyiapkan: Seleksi Seleksi peserta didasarkan pada: Bagi mahasiswa yang telah memahami syarat dan ketentuan tersebut (baik peserta yang dibiayai atau biaya mandiri), silakan mendaftarkan diri melalui formulir berikut. BATAS PENDAFTARAN Pendaftaran paling lambat Selasa, 22 April 2025 Pukul 18.00 WIB.
Studi Arab di Dunia Barat: Alumni Sastra Arab UNS Bagikan Tips dan Trik Kuliah di Kampus Top Dunia
Surakarta, Sastra Arab UNS – Pentingnya penguasaan bahasa asing, pendekatan multidisiplin, dan kesiapan menghadapi tantangan global menjadi sorotan dalam kegiatan “Alumni Mengajar” yang diselenggarakan oleh Program Studi Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret (UNS), Selasa (25/3/2025). Acara bertajuk Studi Arab di Dunia Barat ini menghadirkan Gun Gun Gunawan, alumni Sastra Arab angkatan 2013 yang kini menempuh studi doktoral di University of Leeds, Inggris. Melalui pertemuan daring via Zoom Cloud Meeting yang berlangsung pukul 13.00 hingga 14.30 WIB, Gun Gun Gunawan memaparkan pengalaman akademik dan kehidupan di Inggris, sembari memberikan panduan praktis bagi mahasiswa yang bercita-cita melanjutkan studi ke luar negeri. Acara ini juga dibuka oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Dwi Susanto, yang menekankan pentingnya pemahaman tentang budaya dan politik Timur Tengah di tengah dinamika global saat ini. Gun Gun membagikan pengalamannya menjalani studi di Inggris, yang menurutnya menawarkan pendekatan pembelajaran interdisipliner yang seimbang. “Program studi Arab di universitas Barat tak hanya membahas bahasa dan sastra, tapi juga budaya, politik, ekonomi, dan Islam, dikaji dari berbagai perspektif ilmu sosial,” ujarnya. Ia menjelaskan bahwa pendekatan ini berbeda dengan model pembelajaran di banyak negara Muslim yang masih terfokus pada pendekatan tekstual-tradisional. Ia juga menyoroti perubahan historis studi Timur Tengah di Barat, dari kepentingan kolonial di masa lalu menuju pendekatan pascakolonial yang lebih kritis dan reflektif saat ini. “Kita perlu memahami bagaimana studi ini berkembang agar tidak tertinggal dalam wacana akademik global,” tambahnya. Menurut Gun Gun, studi ke luar negeri membuka akses ke sumber daya akademik yang sangat luas. Ia menyebutkan kemudahan mengakses arsip dan manuskrip digital Timur Tengah, serta kebebasan beragama dan multikulturalisme yang ia alami di Inggris. Selain itu, ia menekankan pentingnya membangun portofolio akademik yang kuat, mengikuti lomba, terlibat dalam organisasi dan pengabdian masyarakat sebagai bekal untuk mendaftar beasiswa, seperti LPDP. “Menulis esai beasiswa harus mencerminkan kontribusi yang ingin kita berikan pada masyarakat. Jangan hanya fokus pada capaian pribadi,” tuturnya. Ia juga mendorong mahasiswa untuk mulai memperkuat kemampuan bahasa Inggris sejak dini, khususnya melalui persiapan tes IELTS dan pemanfaatan platform daring. Proses pendaftaran ke universitas top dunia, menurut Gun, harus dirancang secara matang. Hal ini mencakup pemilihan program studi, fokus riset, hingga supervisor potensial. “Jangan asal pilih kampus. Cari tahu siapa calon pembimbingnya dan apa minat risetnya,” katanya. Ia juga menyinggung tentang peluang kerja paruh waktu bagi mahasiswa internasional di Inggris sebagai strategi untuk mengatasi tingginya biaya hidup. Dalam sesi tanya-jawab, para mahasiswa menunjukkan antusiasme tinggi, mulai dari membahas cara meningkatkan skor IELTS hingga bagaimana menulis esai beasiswa yang memikat. Diskusi ini diakhiri dengan seruan agar Program Studi Sastra Arab UNS semakin banyak menyelenggarakan sesi serupa sebagai bentuk penguatan wawasan global mahasiswa. Sebagai tindak lanjut, para mahasiswa didorong untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris, aktif membangun portofolio akademik dan sosial, menelusuri peluang beasiswa seperti LPDP, serta memanfaatkan aplikasi daring untuk melatih keterampilan bahasa. Mereka juga disarankan meneliti peluang studi dan kerja paruh waktu di luar negeri, sekaligus mengusulkan lebih banyak sesi alumni mengajar di masa mendatang. Dengan menggabungkan inspirasi, pengalaman nyata, dan panduan praktis, kegiatan ini menjadi momentum penting dalam mempersiapkan lulusan Sastra Arab UNS menghadapi kompetisi global. Gun Gun Gunawan telah memberi contoh nyata bahwa dengan tekad, strategi, dan literasi global, mahasiswa Indonesia mampu bersaing dan berkontribusi di panggung dunia. [adm]
Menjadi Dosen dan Pegiat Literasi: Kiprah Alumni Sastra Arab UNS, Hanifah Hikmawati
Perjalanan akademik dan profesional Hanifah Hikmawati membuktikan bahwa dunia literasi dapat membuka berbagai pintu kesempatan. Alumni Program Studi Sastra Arab Universitas Sebelas Maret (UNS) angkatan 2011 ini kini mengemban amanah sebagai dosen di Institut Agama Islam (IAI) Ngawi, sekaligus menjabat sebagai Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M). Tak hanya aktif di dunia akademik, Hanifah juga seorang penulis produktif dengan berbagai prestasi di bidang literasi. Awal Perjalanan: Tak Menyangka Menjadi Dosen Menjadi dosen bukanlah cita-cita awal Hanifah. Perjalanan akademiknya mengalir begitu saja hingga akhirnya ia terjun ke dunia pendidikan tinggi. “Tahun 2016, saya sering mengisi seminar dan bedah novel di Ngawi. Dari situ, saya dikenal dan akhirnya mendapat tawaran untuk menjadi dosen di IAI Ngawi pada 2017,” kenangnya. Di kampus ini, Hanifah bernaung di Program Studi Manajemen Pendidikan Islam. Sejak 2021, ia juga dipercaya sebagai Sekretaris LP2M sebelum akhirnya menjabat sebagai Ketua LP2M pada 9 Januari 2025. “Tugas utama saya adalah memperbaiki sistem manajemen penelitian dan pengabdian masyarakat serta membangun kemitraan di tingkat regional, nasional, hingga internasional,” ujarnya. Manajemen Waktu dan Tantangan Akademik Sebagai dosen sekaligus pejabat struktural, Hanifah menghadapi tantangan besar dalam mengelola waktu. Namun, kecintaannya pada literasi menjadi kunci utama dalam menyeimbangkan berbagai peran yang ia jalani. “Saya merasa setiap waktu harus menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Oleh karena itu, saya memanfaatkan waktu untuk menulis, membangun mitra LP2M, serta mengembangkan berbagai program berbasis masyarakat,” jelasnya. Persaingan antarperguruan tinggi di Ngawi menjadi tantangan tersendiri. “Di kanan-kiri banyak kampus PTN maupun PTS. Tantangan kami adalah menjaga eksistensi IAI Ngawi dengan strategi pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang unggul, salah satunya melalui publikasi ilmiah, buku, dan sertifikat hak kekayaan intelektual (HKI),” tambahnya. Peran Sastra Arab UNS dalam Karier Hanifah mengakui bahwa bekalnya di Sastra Arab UNS sangat berperan dalam perjalanan akademiknya. Mata kuliah seperti Insya’ dan Muthala’ah membentuk keterampilannya dalam menulis dan alih bahasa. “Sejak kuliah, saya sudah suka membaca karya sastra dan mendalami sastra anak. Itu semua berkontribusi terhadap karya-karya saya yang kini telah diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI,” ungkapnya. Tak hanya sebagai akademisi, Hanifah juga memiliki usaha percetakan Mahawira dan agen BRILink yang ia rintis bersama suami pada 2020. “Kami mendirikan usaha ini dua tahun setelah menikah. Percetakan ini kami kelola dengan satu karyawan di kios nomor 6, Jalan Raya Besar Ngawi-Solo,” katanya. Prestasi dan Kiprah di Dunia Literasi Sepanjang kariernya, Hanifah telah menorehkan banyak prestasi. Ia pernah menjadi Asisten Pendidikan Agama Islam Terbaik FS UNS 2012, serta meraih berbagai penghargaan di bidang kaligrafi, puisi, cerpen, dan esai baik di tingkat nasional maupun regional. Ia juga menjadi penulis terpilih dalam berbagai program penerbitan buku anak oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Balai Bahasa Jawa Timur. Pesan bagi Mahasiswa Sastra Arab UNS Bagi mahasiswa yang ingin meniti karier di dunia akademik dan literasi, Hanifah berpesan untuk terus belajar dan tidak berdiam diri dalam zona nyaman. “Harus akrab dengan tantangan, memanfaatkan peluang, dan mengelola waktu dengan baik. Jangan suka menganggur, karena hidup itu sawang sinawang,” tuturnya, mengutip pepatah Jawa. Melalui dedikasi dan kerja keras, Hanifah Hikmawati telah membuktikan bahwa lulusan Sastra Arab memiliki peluang luas di dunia akademik dan profesional. Dari dunia sastra hingga advokasi akademik, ia terus berkontribusi dalam menciptakan perubahan yang berarti bagi masyarakat. [adm]
Pemimpin Muda Berkarakter: Kisah Julianto Mahasiswa Sastra Arab UNS Raih Beasiswa Rumah Kepemimpinan
Dunia perkuliahan tak hanya soal mengejar gelar. Banyak peluang menjanjikan yang bisa ditemukan, salah satunya adalah beasiswa. Beasiswa tidak hanya meringankan beban finansial, tetapi juga membuka pintu kesempatan untuk mengembangkan diri. Salah satu beasiswa yang patut diperhatikan adalah Beasiswa Rumah Kepemimpinan. Beasiswa ini tidak sekadar memberikan bantuan dana pendidikan, tetapi juga menawarkan program pembinaan yang komprehensif untuk mencetak pemimpin muda yang berkarakter. Julianto, mahasiswa Sastra Arab Universitas Sebelas Maret (UNS) angkatan 2022 sekaligus Ketua Syiar Kegiatan Islam (SKI) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNS tahun 2024, adalah salah satu penerima manfaat Beasiswa Rumah Kepemimpinan. Kisah Julianto menginspirasi banyak orang, terutama bagi mereka yang ingin mendalami ilmu agama dan kepemimpinan. Belum Sempat Belajar Bahasa Arab Ketertarikan Julianto pada Bahasa Arab bermula sejak akhir masa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Namun, saat melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA), ia tidak dapat masuk ke SMA yang fokus pada Bahasa Arab. Keinginan untuk mendalami Bahasa Arab baru terwujud ketika ia kuliah di Sastra Arab UNS. Selain karena minat, Julianto memilih jurusan ini karena ingin memperdalam ilmu agama yang banyak mengacu pada kitab-kitab berbahasa Arab. Julianto dan Rumah Kepemimpinan Ia pertama kali mendengar tentang beasiswa ini dari Shoffan Mujahid, Presiden BEM UNS tahun 2022. Kebetulan, Julianto tinggal di Pesantren Mahasiswa Arroyyan, yang sering kali dikunjungi oleh Shoffan. Perkenalan dengan Shoffan inilah yang kemudian membuka jalan bagi Julianto untuk mengenal lebih jauh tentang Beasiswa Rumah Kepemimpinan. Tertarik dengan program yang ditawarkan, Julianto pun memutuskan untuk mendaftar. Proses seleksi Beasiswa Rumah Kepemimpinan tentu tidak mudah. Julianto harus melalui berbagai tahapan seleksi yang cukup ketat. Mulai dari seleksi berkas, tes tulis, hingga wawancara. Namun, dengan tekad yang kuat dan persiapan yang matang, Julianto berhasil lolos dan menjadi salah satu penerima beasiswa. Julianto merasakan banyak manfaat dari mengikuti program Beasiswa Rumah Kepemimpinan. “Yang paling terasa adalah visi misi dan arah tujuan hidup saya menjadi lebih jelas dan terarah. Saya juga paham tata cara memimpin yang baik. Selain itu, badan saya menjadi lebih bugar berkat olahraga mingguan, dan tentunya, uang saku kuliah saya juga bertambah,” ungkapnya. Tips Lolos Seleksi Beasiswa Rumah Kepemimpinan Bagi kalian yang tertarik untuk mengikuti seleksi Beasiswa Rumah Kepemimpinan, ada beberapa tips yang bisa kalian coba. Pertama, pahami betul tentang Beasiswa Rumah Kepemimpinan. Pelajari visi misi, program pembinaan, dan segala hal yang terkait dengan beasiswa ini. Biasanya, seleksi akan mencakup tes psikologi, tes wawasan keagamaan, dan tes tahsin. Kedua, latihlah kemampuan wawancara. Meskipun sudah berlatih, rasa gugup saat wawancara tetap bisa muncul. Oleh karena itu, latihan yang konsisten sangat penting. Ketiga, persiapkan diri untuk mengikuti Seleksi Aksi Baik (SAB). SAB merupakan kegiatan sosial yang dilakukan secara tim. Untuk itu, mulailah aktif berorganisasi dan berinteraksi dengan orang lain sejak sekarang. Beasiswa Rumah Kepemimpinan tidak hanya memberikan bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga membentuk karakter pemimpin yang berintegritas dan peduli terhadap sesama. Kisah Julianto membuktikan bahwa dengan kesempatan yang tepat dan usaha yang maksimal, siapa pun bisa menjadi pemimpin yang menginspirasi. [mya]
Jadi Analis Pariwisata Kemenpar, Alumni Sastra Arab UNS Rancang Strategi Wisata ke Timur Tengah
Matahari senja menyusup di antara gedung pencakar langit kawasan Monas, Jakarta Pusat. Di salah satu ruang Kementerian Pariwisata, Ramiz Ansharil Haq tengah menekuni dokumen-dokumen berbahasa Arab. Di tangannya, promosi pariwisata Indonesia untuk kawasan Timur Tengah dan Afrika sedang dirancang. “Tidak pernah terbayangkan sebelumnya akan berkecimpung di dunia pariwisata,” ujar alumni Program Studi Sastra Arab Universitas Sebelas Maret (UNS) angkatan 2013 ini sambil tersenyum. Sejak 2019, pria yang berdomisili di Bekasi ini mengabdikan diri sebagai analis pariwisata di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Ia ditempatkan di Deputi Pemasaran bagian pemasaran luar negeri, khusus menangani wilayah Timur Tengah dan Afrika. “Saya bertanggung jawab dalam perencanaan strategi, pengembangan kerja sama, dan promosi pariwisata untuk kawasan tersebut,” jelasnya. Perjalanan karier Ramiz cukup unik. Selepas kuliah, ia justru menjajal profesi jurnalis otomotif sebelum akhirnya lolos seleksi CPNS di Kementerian Pariwisata. “Saya memang senang mengambil risiko dengan mengeksplorasi ilmu-ilmu baru,” tuturnya. Meski bekerja di bidang yang tidak linear dengan latar belakang pendidikannya, Ramiz mengaku ilmu yang didapat selama kuliah Sastra Arab sangat membantu pekerjaannya saat ini. “Semua mata kuliah saling berkaitan dan menunjang, terutama ketika berhubungan dengan mitra dari Timur Tengah,” ungkapnya. Tantangan terbesar yang dihadapi Ramiz adalah ketika harus mempelajari seluk-beluk pariwisata dari nol. Namun, berkat kerja sama yang baik dengan rekan kerja dan kemampuan adaptasi yang ia miliki, tantangan tersebut dapat dilewati. “Di sinilah pentingnya soft skill. Selain penguasaan bahasa Arab, kemampuan bahasa Inggris dan public speaking sangat diperlukan dalam pekerjaan saya,” ujar penggemar memancing ini. Ramiz berpesan kepada mahasiswa untuk memaksimalkan fasilitas kampus dalam mengasah soft skill. “Misalnya berlatih public speaking di UKM Oase. Jangan takut untuk keluar dari zona nyaman dan mencoba hal-hal baru,” pesannya. Sosok Ramiz membuktikan bahwa latar belakang pendidikan bukanlah batasan dalam berkarier. Justru, kombinasi antara penguasaan bahasa Arab dan keberanian mengeksplorasi bidang baru mengantarkannya pada posisi strategis dalam memperkenalkan pariwisata Indonesia ke mata dunia. [adm]