SURAKARTA, SASTRA ARAB UNS — Kitab tasawuf Al-Hikam masih sangat relevan dipelajari di zaman modern, terutama untuk membangun nilai integritas dan upaya pendidikan anti korupsi. Hal ini mengemuka dalam Seminar dan Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Tim Hibah MBKM Riset 1111 Universitas Sebelas Maret (UNS), Sabtu (21/12/2024). “Al-Hikam artinya jalan, jalan menuju Allah,” jelas Alif Al-Hilal Ahmad, S.S., M.A. dalam seminar yang dihadiri 15 peserta di Ruang M.101 Gedung Mulyanto FIB UNS. Mengutip hikmah pertama dalam kitab Al-Hikam, Hilal menjelaskan, “Di antara tanda-tanda orang yang menggantungkan diri pada amalnya adalah berkurangnya harapan ketika ia terjerumus dalam kegagalan.” “Ketika seseorang bermaksiat, seketika ia ingat ada yang mengawasinya yaitu Allah, ia akan malu. Dalam keadaan seperti itu, kita diajarkan untuk tidak putus harapan atas ampunan Allah yang lebih luas dari dosa-dosa hamba-Nya,” tambahnya. Diskusi Interaktif Seminar yang diikuti mahasiswa dari berbagai program studi ini berlangsung khidmat. Muhammad Izzuddin, mahasiswa D3 DKV UNS, mengajukan pertanyaan tentang cara Al-Hikam menyikapi dan mencegah korupsi. “Orang tasawuf tidak hanya belajar mengolah zahir (yang tampak) saja, namun juga batin. Ini dalam tingkatan Ihsan, yakin bahwa apapun yang kita lakukan Allah mengawasi kita,” jelas Hilal. Metode FGD yang Inovatif Acara dilanjutkan dengan sesi FGD yang membagi peserta dalam lima kelompok. Setiap kelompok mendapat dua kertas berisi kata mutiara Al-Hikam dalam bahasa Arab dan Indonesia yang tidak sesuai, kemudian mencari pasangannya dari kelompok lain. “Kekeliruan, kelalaian, dan dosa itu dekat dengan manusia. Manusia bukan harus ‘tidak berdosa’, tapi ia harus berusaha menjauhi dosa itu,” papar salah satu kelompok dalam presentasinya. “Seminar ini membuka wawasan baru karena diikuti berbagai prodi di luar Sastra Arab,” ujar Fadiyah Husnul Ummah, salah satu peserta. Sementara Abdul Aziz M. Ilham berharap kegiatan serupa bisa berlanjut untuk memberi manfaat lebih luas. Riset yang dibimbing Dr. Muhammad Yunus Anis, S.S., M.A. ini mengkaji “Strategi dan Kualitas Terjemahan Kata Mutiara dalam Kitab Al-Hikam Karya Ibnu Athaillah As-Sakandariy” sebagai upaya pendidikan anti korupsi berbasis kajian kitab keagamaan. Tim peneliti terdiri atas tiga mahasiswa: Ahmad Juhdan Abu Bakr, Arinda Safira, dan Ikfina Izzatul Malikhah. [JUH]
Riset MBKM Sastra Arab UNS: Pembelajaran Bahasa Arab UNS Perlu Beradaptasi dengan Era Digital
SURAKARTA, SASTRA ARAB UNS — Pembelajaran bahasa Arab perlu direorientasi untuk menyesuaikan kebutuhan era industri 4.0. Hal ini mencuat dalam Focus Group Discussion (FGD) “Analisis Keterampilan Bahasa Arab di Era Industri 4.0” yang digelar Tim Riset 1068 Hibah MBKM Program Studi Sastra Arab Universitas Sebelas Maret (UNS), Rabu (20/12/2024). Tim riset yang beranggotakan Fikri Romdhon Alghifari, Hasanah Ferawati, Julianto, Luthfiatu Azizah, dan Uzlah Alzena ini mengkaji kebutuhan pembelajaran bahasa Arab di era digital. “Rekonstruksi kurikulum pembelajaran bahasa Arab menjadi kebutuhan mendesak karena belum ada standarisasi tingkat kemahiran bahasa Arab secara internasional,” ungkap Dr. Khabibi Muhammad Luthfi, S.S., M.A. dalam diskusi yang digelar di Ruang Sidang 2 Fakultas Ilmu Budaya UNS. Khabibi menekankan perlunya mengubah pembelajaran tradisional menjadi lebih adaptif dengan kebutuhan pasar. “Mahasiswa perlu diarahkan untuk mempelajari bahasa Arab sesuai paradigma pasar kerja modern, seperti menjadi penerjemah digital, pendidik digital, jurnalis, penulis kreatif, content creator, hingga pengusaha berbasis bahasa Arab,” jelasnya. Senada dengan hal tersebut, Ali Makhsum, S.S., M.A., alumni sekaligus praktisi bisnis, menyoroti pentingnya keterampilan interdisipliner di era disrupsi media. “Dunia perkuliahan berperan penting dalam membentuk paradigma cara berpikir dan mentalitas mahasiswa saat memasuki dunia kerja,” ujarnya. Evaluasi dan Rekomendasi FGD yang dihadiri mahasiswa Sastra Arab semester 3, 5, dan 7 ini bertujuan mengevaluasi hasil riset profil lulusan dan kebutuhan keterampilan bahasa Arab dalam menghadapi perkembangan pasar kerja.“Mahasiswa perlu memutuskan apakah bahasa Arab akan digunakan sebagai objek atau alat untuk mencapai kesuksesan di dunia profesional,” tegas Ali Makhsum. Dr. Afnan Arummi S.H.I., M.A., pembimbing Tim Riset 1068, berharap hasil riset yang dilakukan kelima mahasiswanya ini bisa menjadi masukan berharga untuk pengembangan kurikulum yang lebih adaptif. “Tujuan akhirnya adalah menghasilkan lulusan yang kompeten dan relevan dengan kebutuhan industri,” tutupnya. [FIK]
Kaprodi Sastra Arab UNS: Dinamika Timur Tengah, Lulusan Sastra Arab Kian Dibutuhkan
SURAKARTA, SASTRA ARAB UNS — Di tengah situasi geopolitik yang dinamis di kawasan Timur Tengah, peran akademisi dan lulusan Sastra Arab semakin dibutuhkan. Hal ini disampaikan Dr. Reza Sukma Nugraha, M.Hum., Ketua Program Studi Sastra Arab Universitas Sebelas Maret (UNS) dalam acara Kabar Persada Akhir Pekan di Radio Persada, Sabtu (14/12/2024). Berbicara tentang peran penting lulusan Sastra Arab, Reza menjelaskan bahwa kompetensi yang dibutuhkan tidak hanya sekadar kemampuan berbahasa. “Dunia sangat membutuhkan para akademisi dan pemikir yang tidak hanya memahami bahasa, tetapi juga mendalami budaya dan pemikiran masyarakat Arab,” jelas Reza. Menurutnya, pemahaman mendalam tentang aspek sosial-budaya Arab sangat penting untuk membangun dialog antarperadaban. Tingginya kebutuhan akan lulusan Sastra Arab tercermin dari banyaknya program studi terkait yang dibuka di Indonesia. Tercatat ada 270 program studi berbasis bahasa Arab, terdiri dari 231 program Pendidikan Bahasa Arab, 38 program Sastra Arab, dan satu program Bahasa dan Kebudayaan Arab. Kompetensi Komprehensif Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Program Studi Sastra Arab UNS telah menyiapkan kurikulum yang komprehensif. “Kuliah di Sastra Arab berbeda dengan sekadar kursus bahasa. Mahasiswa tidak hanya belajar keterampilan berbahasa, tetapi juga mendalami linguistik Arab, kesusastraan Arab klasik hingga modern, sejarah peradaban Islam, dan kajian budaya Timur Tengah,” papar Reza. Kompetensi komprehensif ini membuka peluang karier yang luas. Lulusan Sastra Arab bisa menjadi peneliti, analis budaya, konsultan, hingga diplomat yang memahami kompleksitas sosial-budaya dunia Arab. Dengan bekal kompetensi tersebut, lulusan Sastra Arab memiliki peluang kerja di berbagai sektor. Peningkatan kunjungan wisatawan dari negara-negara Arab ke Indonesia membuka peluang baru di sektor pariwisata. “Pengembangan destinasi wisata halal di berbagai daerah meningkatkan kebutuhan akan pemandu wisata, interpreter, dan tenaga profesional yang fasih berbahasa Arab,” jelasnya. “Bahasa Arab adalah bahasa resmi di 26 negara dan digunakan oleh lebih dari 400 juta penutur. Ini membuat prospek lulusan Sastra Arab tetap menjanjikan, baik di bidang pariwisata, diplomasi, hubungan internasional, maupun kajian kawasan Timur Tengah,” tutup Reza. [adm]
Content Creator, Pebisnis, dan Aktivis: Potret Mahasiswa Sastra Arab UNS M. Yasril Amri
Jika dilihat dari sudut pandang formal, pendidikan mungkin dianggap sebagai kegiatan yang ada di kelas. Akan tetapi, sejatinya pendidikan lebih daripada itu. Hal ini dibuktikan oleh Muhammad Yasril Amri (18), salah satu mahasiswa Sastra Arab UNS angkatan 2024, yang akrab dipanggil Yasril. Selain berkuliah yang menjadi fokus utamanya, Yasril juga bergiat di bagian keuangan dan pemasaran gerai ayam goreng Hang Chicken di Karanganyar. Tak hanya itu, ia juga menjadi pembina kelompok mentoring BPI di PPTQ Insan Kamil Karanganyar, asisten media sosial di Program Studi Sastra Arab UNS, dan juga content creator di berbagai media sosial, terutama Instagram. Selain itu, ia juga menjadi tentor privat les bahasa Arab. Selain bisnis dan kerja sampingan, ia juga aktif berorganisasi, baik di dalam kampus, seperti Sahabat Masjid NH UNS, maupun di luar kampus, seperti Forum Silaturahmi Remaja Masjid Karanganyar (FOSREMKA). Dilema Pemilihan Jurusan dan Kampus “Awalnya, saya ingin masuk Sastra Inggris karena memang dasarnya saya suka belajar bahasa asing, baik bahasa Inggris, Arab, maupun Jepang,” ungkap Yasril. Ia memang suka belajar bahasa asing karena menurutnya belajar bahasa asing memiliki keasyikan tersendiri. Yasril banyak berkonsultasi mengenai jurusan Sastra Inggris, tentang prospek kerja, belajar apa, dan sebagainya. Setelah mendapat banyak masukan dari orang lain, akhirnya ia membanting stir ke Sastra Arab karena saran dari ibunya. “Sebenarnya Umi membebaskan saya mau memilih jurusan apa, tapi kalau ditanya Umi lebih milih apa, Umi lebih menyarankan ke bahasa Arab,” kenangnya. Lanjut ke pemilihan universitas. Yasril memiliki dua pilihan, antara UGM dan UNS. “Dulu sempat ada planning buat daftar UGM karena dulu mondoknya di Jogja. Tapi bimbang karena UNS dekat dengan rumah”, jawab Yasril ketika ditanyai tentang pemilihan universitas. Bermodalkan alasan membantu orang tua di rumah, Yasril akhirnya mencoba untuk mendaftar di UNS. Karena Yasril termasuk siswa eligible di sekolahnya, Yasril mencoba peruntungannya melalui jalur SNBP. “Kalau emang takdir di UNS, insya Allah diterima. Kalau nggak, nanti nyoba SNBT di UGM. Alhamdulillah, sudah lolos di pilihan pertama SNBP,” kenang Yasril yang berhasil lolos masuk Sastra Arab UNS. Menunggu Masa Kuliah Setelah lulus SMA, terdapat waktu libur yang cukup lama hingga masa prakuliah dimulai. “Dan kebetulan orang tua buka usaha baru, yaitu ayam krispi. Karena kewajiban sebagai anak, saya membantu mereka, terutama menjadi kasir dan pengantar pesanan. Hingga sekarang masuk kuliah, sekarang malah bisa sekalian mengantar pesanan ke kampus kalau ada teman yang pesan,” cerita Yasril. Selain itu, Yasril juga mendapat permintaan untuk menjadi pembina kelompok mentoring BPI di SMP-nya dulu. Yasril memenuhi permintaan tersebut dan terus berjalan ketika kuliah. Kebetulan Viral “Sebenarnya sudah ada keinginan untuk menjadi content creator. Ketika masih SMP, saya ingin jadi Youtuber, tapi karena mondok hingga SMA, baru bisa terlaksana sekarang,” kenang Yasril. Awal ia mulai semangat untuk membuat konten karena vlognya yang bercerita tentang PKKMB UNS mendapatkan banyak penonton. Akhirnya, ia meneruskan untuk menjadi content creator. Pesan Guru dan Alumni “Dulu, guru di SMA berbagi trik agar selalu aktif di perkuliahan. Juga kakak-kakak saya, para alumni, bahkan influencer di media sosial. Mereka berpesan agar aktif di perkuliahan karena akan bermanfaat bagi diri sendiri “, jelas Yasril. Ia membuktikan bahwa dengan aktif di perkuliahan, ternyata banyak kesempatan baru yang datang kepadanya. Ia mampu menjadi asisten media sosial Prodi Sastra Arab UNS. Ia juga mampu menjadi tentor les privat bahasa Arab. Yasril telah membuktikan bahwa pendidikan tidak hanya pelajaran yang ada di kelas, tetapi pelajaran dapat diperoleh dari pengalaman di kehidupan nyata. Sementara pengalaman dapat diperoleh dengan aktif di mana pun. [mya]
CALL FOR CHAPTERS
Dalam kajian sastra kontemporer, diskursus tentang poskolonialisme telah menghadirkan berbagai perspektif yang menarik untuk terus digali dan didiskusikan. Di tengah dinamika global yang semakin kompleks, narasi kolonialisme tidak lagi sekadar dipahami sebagai catatan historis. Ia telah bertransformasi menjadi jejaring kompleks yang masih mewarnai produksi sastra hingga hari ini, memengaruhi cara pandang, identitas, dan ekspresi kultural masyarakat pascakolonial. Kami mengundang para pengkaji sastra dari berbagai tradisi dan wilayah untuk berkontribusi dalam buku antologi “Membaca Ulang Kolonialisme: Perspektif Lintas Sastra Tentang Penjajah dan Terjajah”. Buku ini dirancang untuk menghadirkan berbagai perspektif tentang bagaimana sastra-sastra nasional—baik dari negara bekas penjajah maupun terjajah—menegosiasikan pengalaman kolonial mereka dalam bentuk-bentuk naratif yang kompleks. Antologi ini menghadirkan sebuah dialog produktif yang menggali bagaimana sastra dari negara-negara terjajah mengolah trauma kolonial menjadi resistensi kreatif; bagaimana sastra dari negara-negara bekas penjajah bergulat dengan warisan kolonial mereka; serta bagaimana kedua pengalaman yang berbeda ini—menjajah dan dijajah—sama-sama membentuk kompleksitas produksi sastra. Melalui pendekatan lintasbudaya, antologi ini berupaya membangun pemahaman baru tentang dinamika poskolonial dalam sastra. Kami mengundang artikel yang mengeksplorasi, tetapi tidak terbatas pada, tema-tema berikut: Dengan menggabungkan kerangka teoretis poskolonial dan analisis tekstual, antologi ini diharapkan memperkaya kajian sastra poskolonial sekaligus membuka kemungkinan-kemungkinan baru dalam memahami relasi antara kekuasaan, identitas, dan produksi kultural. SISTEMATIKA PENULISAN ARTIKEL KETENTUAN TEKNIS CATATAN
Adil Al Huda Terpilih Pimpin HMP QIS’AR UNS 2025
SURAKARTA, SASTRA ARAB UNS — Adil Al Huda terpilih sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi Sastra Arab (HMP QIS’AR) Universitas Sebelas Maret (UNS) periode 2025 dalam Musyawarah Besar (Mubes) yang digelar di Ruang 301 Gedung 1 Fakultas Ilmu Budaya, Sabtu (7/12/2024). Alif Al Hilal Ahmad, S.S., M.A., selaku pembina HMP QIS’AR dalam sambutannya menyampaikan harapan kepada pengurus baru. “Kepengurusan 2024 telah menunjukkan kinerja yang baik. Semoga pengurus baru bisa melanjutkan dan meningkatkan capaian tersebut,” ujarnya. Dr. Reza Sukma Nugraha, M.Hum., Ketua Program Studi Sastra Arab UNS, mendorong agar HMP QIS’AR terus bersinergi dengan program studi. “HMP diharapkan mampu mendukung terciptanya ruang belajar yang baik, bermanfaat, dan menyenangkan untuk mahasiswa Sastra Arab,” jelasnya. Musyawarah besar ini juga menandai berakhirnya masa kepengurusan Farid Fajar yang telah berhasil menjalankan berbagai program kerja dengan baik selama periode 2024. Reza menambahkan bahwa aktivitas berorganisasi di HMP bisa menjadi wadah bagi mahasiswa untuk belajar manajemen diri dan kepemimpinan tanpa mengesampingkan prestasi akademik. “Keduanya harus berjalan seimbang,” tegasnya. [adm]
Kuliah dan Organisasi Bisa Selaras, Ini Kata Dosen Sastra Arab UNS
SURAKARTA, SASTRA ARAB UNS — Tantangan terbesar mahasiswa aktivis adalah menyeimbangkan prestasi akademik dan kegiatan organisasi. Hal ini menjadi fokus pembahasan Dr. Reza Sukma Nugraha, M.Hum. dalam Upgrading Sahabat Masjid Nurul Huda Universitas Sebelas Maret (UNS), Jumat (6/12/2024). “Academic first, tapi tidak academic only,” kata Ketua Program Studi Sastra Arab UNS ini, mengawali diskusinya dengan puluhan aktivis Masjid Nurul Huda UNS. Ia berbagi kisah perjalanannya dari seorang wartawan kampus di masa kuliah hingga kini menjadi pengajar. “Pengalaman di organisasi justru memperkaya wawasan dan membentuk karakter kepemimpinan yang tidak didapat di ruang kuliah,” jelasnya, mengingat masa-masa aktif di Pers Mahasiswa semasa kuliah di Bandung. Di hadapan para mahasiswa, dosen yang menyelesaikan S-3 di Universitas Indonesia dengan Beasiswa LPDP ini menekankan pentingnya mengelola prioritas. “Organisasi bisa menjadi penguat akademik, bukan untuk dikorbankan satu sama lain. Yang penting adalah bagaimana kita mengelola waktu dengan bijak,” tegasnya. “Quality over quantity. Fokus pada kualitas, bukan sekadar mengejar kuantitas kegiatan,” tambah dosen yang juga editor buku ini. Menurutnya, keberhasilan organisasi tidak ditentukan oleh banyaknya kegiatan, melainkan seberapa besar dampak yang dihasilkan. Membangun Karakter Kepemimpinan “Kepemimpinan yang efektif dimulai dari kemampuan memimpin diri sendiri,” ujar Reza. Ia menekankan pentingnya kemampuan memetakan prioritas antara hal yang penting dan mendesak, jangka pendek dan jangka panjang, serta kebutuhan individual dan kolektif. “Di era yang penuh tantangan ini, mahasiswa dituntut untuk lebih adaptif dan inovatif. Prestasi akademik yang diimbangi dengan pengalaman organisasi akan menjadi bekal berharga untuk berkontribusi di masyarakat,” tutupnya. Upgrading Sahabat Masjid ini merupakan salah satu upaya Takmir Masjid Nurul Huda UNS untuk membangun generasi muda yang tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat dengan landasan nilai-nilai keislaman. [adm]
Jadi Penelaah Kebijakan Kantor Bahasa Gorontalo, Alumni Sastra Arab UNS Kelola KBBI
GORONTALO, Sastra Arab UNS — Kepercayaan diri dan kemauan keluar dari zona nyaman membawa Ulfah Nurul Amanah meniti karier di Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo. Alumni Sastra Arab Universitas Sebelas Maret (UNS) ini kini menjabat sebagai Penelaah Teknis Kebijakan yang bertugas menjadi editor Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). “Setelah tiga kali gagal tes CPNS, saya menyadari harus keluar dari zona nyaman,” kenang alumnus angkatan 2013 ini. Ia mengubah strategi belajarnya dengan fokus pada materi yang tidak dikuasai, seperti matematika dan sejarah. Usahanya berbuah manis saat mendaftar sebagai Analis Kata dan Istilah. “Saya mendapat nilai tertinggi di SKD dan akhirnya lulus SKB setelah mempelajari program kementerian serta tugas dan fungsi Badan Bahasa,” jelasnya. Di Kantor Bahasa Gorontalo, Ulfah masuk dalam Kelompok Kegiatan Layanan Profesional (KKLP) Perkamusan dan Peristilahan. “Selain menjadi editor KBBI, saya juga menyusun kamus bahasa daerah dan menginventarisasi kosakata unik bahasa Gorontalo,” tuturnya. Meski awalnya merasa kesulitan karena lebih banyak bersinggungan dengan kaidah bahasa Indonesia dan bahasa daerah, Ulfah terus belajar dan beradaptasi. “Ilmu linguistik umum, morfologi, dan semantik yang saya dapat di Sastra Arab sangat membantu,” ungkapnya. Memilih Tantangan Baru Keputusan Ulfah memilih Gorontalo bukan tanpa pertimbangan. “Saya ingin menjelajahi pengalaman baru dari segi adat, budaya, dan bahasa. Selain itu, lokasinya yang jauh dari Jawa sering dipandang sebelah mata, sehingga meningkatkan peluang saya,” jelasnya. Di luar tugas perkamusan, Ulfah juga dipercaya menjadi penguji bahasa Arab dalam pemilihan Duta Bahasa Provinsi Gorontalo. “Ketika ada peserta yang ingin menunjukkan kemampuan bahasa Arab, tim panitia mempercayakan tes tersebut kepada saya,” tambahnya. Kepada mahasiswa yang tertarik bekerja di Badan Bahasa, Ulfah menekankan pentingnya keterampilan sosial. “Harus banyak berlatih bersosialisasi, berbicara di depan publik, mendalami bidang bahasa sesuai minat, dan meningkatkan kemampuan bahasa asing,” pesannya. Cerita Ulfah membuktikan bahwa latar belakang Sastra Arab bisa menjadi modal berharga untuk berkarier di bidang bahasa, bahkan hingga ke luar Pulau Jawa. [adm]
Kuliah di Sastra Arab, Dalang Muda Ki Zaki Nugrah Ingin Lanjutkan Jejak Dakwah Sunan Kalijaga
Bagi sebagian orang, wayang hanya dilihat sebagai seni pertunjukan. Namun tidak bagi Zaki Nugrah Maulana Syarif (18), mahasiswa Sastra Arab Universitas Sebelas Maret (UNS) yang akrab dipanggil Ki Zaki. Mengikuti jejak Sunan Kalijaga, dalang muda ini melihat wayang sebagai media dakwah yang efektif untuk menyampaikan nilai-nilai keislaman. Kisah Zaki dengan dunia pewayangan dimulai dari sang nenek. “Dari kecil saya dikenalkan wayang oleh almarhum nenek, meski sebelumnya tak ada keturunan seniman apalagi dalang,” kenangnya. Kecintaannya pada wayang membuat bocah tiga tahun ini rela menempuh jarak jauh hanya untuk menonton pertunjukan. “Melihat antusiasme saya, orang tua akhirnya memasukkan saya ke sanggar,” ujar pemuda asal Pucang, Bawang, Banjarnegara ini. Setahun berlatih, Zaki mencatatkan namanya sebagai dalang termuda dalam acara pentas apresiasi talenta bocah dari dinas. Dakwah Melalui Wayang Konsistensi Zaki dalam dunia pewayangan membuahkan hasil. Saat kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah, ia memberanikan diri mengikuti lomba dalang dan meraih juara 4. Prestasi ini menjadi awal dari sederet pencapaiannya, termasuk juara 2 lomba dalang tingkat Nasional tahun 2019. “Tahun 2024 saja sudah pentas sekitar 10 kali, bahkan beberapa tawaran harus saya tolak karena kuliah,” ungkap dalang yang baru-baru ini tampil di Pendopo Banjarnegara dalam rangka Hari Wayang Nasional. Pilihan Zaki melanjutkan studi ke Sastra Arab UNS bukan tanpa alasan. “Saya ingin seperti Sunan Kalijaga, menggunakan wayang sebagai media dakwah,” ujarnya. Dukungan orang tua memperkuat tekadnya. “Ibunda berpesan agar menjadikan dalang sebagai hobi yang dibayar, bukan profesi utama. Sementara ayah mendukung saya untuk berdakwah seperti Sunan Kalijaga,” jelasnya. Kreativitas Zaki dalam memadukan ilmu di bangku kuliah dengan seni pewayangan sudah terlihat. Dalam lomba Story Telling di Korwil Banyumas, ia berhasil meraih juara 1 tingkat karesidenan dengan menampilkan suluk berbahasa Arab. Menjaga Warisan Budaya Baru-baru ini, Zaki bersama dua dalang remaja lainnya, Ki Tedi dan Ki Ikhsan, menampilkan lakon Babad Wana Marta di Pendopo Banjarnegara. Lakon yang menceritakan berdirinya negara Amarta oleh Pandawa Lima ini sarat dengan nilai-nilai filosofis seperti kesungguhan, tekad, dan perjuangan kebaikan melawan kejahatan. “Alhamdulillah, senang sekali bisa dapat pengalaman baru,” ujar Zaki yang mengaku baru pertama kali tampil di Pendopo Banjarnegara meski sudah sering pentas di luar provinsi, termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta. Di tengah studinya di Sastra Arab UNS, Zaki tetap berkomitmen melestarikan warisan budaya sekaligus menjadikannya media dakwah yang efektif, mengikuti jejak Sunan Kalijaga yang dia idolakan. [adm]
Jadi Tenaga Ahli, Lulusan Sastra Arab UNS Gawangi Media Center Kementerian ATR/BPN
Latar belakang pendidikan bukan penghalang untuk berkarier di bidang kehumasan pemerintah. Hal ini dibuktikan oleh Dedy Darmawan Nasution, alumnus Sastra Arab Universitas Sebelas Maret (UNS) angkatan 2012 yang kini menjabat sebagai Konsultan Perorangan Media Center di Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN). Sebelum bergabung dengan ATR/BPN, Dedy mengawali kariernya sebagai reporter ekonomi di Harian Republika selama lima tahun. “Saya banyak menangani isu-isu ekonomi, termasuk pernah meliput terkait pertanahan dan tata ruang,” kenangnya. Awal 2024, ia mengikuti seleksi Konsultan Perorangan Media Center ATR/BPN. “Dari delapan kandidat, saya beruntung bisa lolos seleksi,” ujar pria yang kini berdomisili di Bogor ini. Posisi ini, yang sebelumnya dikenal sebagai Tenaga Ahli, merupakan jalur rekrutmen mandiri untuk profesional tanpa melalui proses CPNS. Menariknya, ilmu yang ia dapat di Sastra Arab ternyata sangat mendukung pekerjaannya. “Mata kuliah seperti Jurnalistik, Kebudayaan Timur Tengah, Etika Diplomasi, hingga Kajian Lintas Budaya memberikan wawasan yang bisa diaplikasikan dalam dunia kehumasan,” jelasnya. “Saya ingin menegaskan bahwa lulusan Sastra juga bisa berkarier di berbagai bidang,” ujarnya saat berbagi pengalaman. Tantangan dan Adaptasi Sebagai Konsultan Media Center, Dedy bertanggung jawab menjaga relasi dengan para jurnalis dan menangani krisis komunikasi. “Sangat menantang dan memberikan banyak pelajaran baru. Dulu saya yang dilayani humas, sekarang saya yang melayani wartawan,” ujarnya. Beralih dari swasta ke instansi pemerintah juga membawa tantangan tersendiri. “Dengan iklim dan budaya kerja yang berbeda, kita dituntut untuk cepat beradaptasi dan mampu mengimbangi situasi sosial,” tambahnya. Kepada mahasiswa Sastra Arab, Dedy memberikan empat kunci sukses. “Pertama, kuasai bahasa asing sebaik mungkin. Kedua, petik intisari dari setiap pelajaran. Ketiga, aktif berorganisasi dan belajar memimpin. Keempat, rajin menulis dan ikuti lomba,” pesannya. “Apapun yang kita pelajari di bangku kuliah bisa menjadi bekal berharga saat terjun ke dunia kerja,” tutup Dedy, membuktikan bahwa pendidikan sastra bisa menjadi fondasi untuk berbagai pilihan karier. [adm]