Matahari senja menyusup di antara gedung pencakar langit kawasan Senayan, Jakarta Pusat. Di salah satu ruang Kementerian Pariwisata, Ramiz Ansharil Haq tengah menekuni dokumen-dokumen berbahasa Arab. Di tangannya, promosi pariwisata Indonesia untuk kawasan Timur Tengah dan Afrika sedang dirancang.
“Tidak pernah terbayangkan sebelumnya akan berkecimpung di dunia pariwisata,” ujar alumni Program Studi Sastra Arab Universitas Sebelas Maret (UNS) angkatan 2013 ini sambil tersenyum.
Sejak 2019, pria yang berdomisili di Bekasi ini mengabdikan diri sebagai analis pariwisata di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Ia ditempatkan di Deputi Pemasaran bagian pemasaran luar negeri, khusus menangani wilayah Timur Tengah dan Afrika.
“Saya bertanggung jawab dalam perencanaan strategi, pengembangan kerja sama, dan promosi pariwisata untuk kawasan tersebut,” jelasnya.
Perjalanan karier Ramiz cukup unik. Selepas kuliah, ia justru menjajal profesi jurnalis otomotif sebelum akhirnya lolos seleksi CPNS di Kementerian Pariwisata. “Saya memang senang mengambil risiko dengan mengeksplorasi ilmu-ilmu baru,” tuturnya.
Meski bekerja di bidang yang tidak linear dengan latar belakang pendidikannya, Ramiz mengaku ilmu yang didapat selama kuliah Sastra Arab sangat membantu pekerjaannya saat ini. “Semua mata kuliah saling berkaitan dan menunjang, terutama ketika berhubungan dengan mitra dari Timur Tengah,” ungkapnya.
Tantangan terbesar yang dihadapi Ramiz adalah ketika harus mempelajari seluk-beluk pariwisata dari nol. Namun, berkat kerja sama yang baik dengan rekan kerja dan kemampuan adaptasi yang ia miliki, tantangan tersebut dapat dilewati.
“Di sinilah pentingnya soft skill. Selain penguasaan bahasa Arab, kemampuan bahasa Inggris dan public speaking sangat diperlukan dalam pekerjaan saya,” ujar penggemar memancing ini.
Ramiz berpesan kepada mahasiswa untuk memaksimalkan fasilitas kampus dalam mengasah soft skill. “Misalnya berlatih public speaking di UKM Oase. Jangan takut untuk keluar dari zona nyaman dan mencoba hal-hal baru,” pesannya.
Sosok Ramiz membuktikan bahwa latar belakang pendidikan bukanlah batasan dalam berkarier. Justru, kombinasi antara penguasaan bahasa Arab dan keberanian mengeksplorasi bidang baru mengantarkannya pada posisi strategis dalam memperkenalkan pariwisata Indonesia ke mata dunia. [adm]