CONTACT US

Edit Template

CONTACT US

Edit Template

Tak Sepopuler HI atau Ilmu Politik, Alumni Sastra Arab UNS Buktikan Bisa Jadi Diplomat

“Menjadi diplomat tidak harus dari jurusan Hubungan Internasional,” ujar Mohammad Yasir, alumni Sastra Arab Universitas Sebelas Maret (UNS) yang kini bertugas sebagai Pejabat Fungsi Ekonomi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Alger, Aljazair. Pria kelahiran Ngawi ini membuktikan bahwa lulusan Sastra Arab memiliki peluang yang sama untuk berkiprah di dunia diplomasi.

Perjalanan Yasir ke dunia diplomasi berawal dari sebuah kesempatan. “Saat itu ada lowongan CPNS di Kementerian Luar Negeri untuk formasi diplomat, dan salah satu yang dibutuhkan adalah lulusan Sastra Arab,” kenang alumnus angkatan 2013 ini.

Meski mengakui bahwa alumni Sastra Arab tidak sepopuler lulusan Hubungan Internasional, Ilmu Hukum, Ilmu Politik, atau Ilmu Ekonomi dalam dunia diplomasi, Yasir melihat keunggulan tersendiri. “Lulusan Sastra Arab memiliki nilai plus, terutama dalam kemampuan berbahasa Arab dan pemahaman kultur Timur Tengah yang mumpuni,” jelasnya.

Tantangan Seorang Diplomat

“Keahlian paling dasar seorang diplomat adalah kemampuan beradaptasi,” tegas Yasir. Ia menjelaskan bahwa seorang diplomat bisa ditempatkan di berbagai negara dengan situasi yang berbeda-beda. “Bayangkan, dari KBRI Berlin yang lengkap fasilitasnya, bisa saja penempatan selanjutnya di KBRI Kyiv atau Khartoum yang sedang dilanda konflik.”

Selain adaptasi, kemampuan berbahasa asing, berdiplomasi, dan bernegosiasi juga menjadi kunci. Di sinilah peran mata kuliah yang ia terima di Sastra Arab UNS. “Mata kuliah Etika Diplomasi memberi pemahaman dasar tentang praktek diplomasi. Sedangkan mata kuliah terkait Timur Tengah, baik bahasa, sastra, sejarah, maupun politik sangat membantu tugas saya,” ungkapnya.

Hidup di Negeri Orang

Bertugas di Aljazair memberi Yasir banyak pengalaman berharga. “Di sini kita belajar mengenal orang lain dari segala aspek kehidupan, mulai dari budaya, ekonomi, politik, hingga adat istiadat,” ceritanya. Interaksi dengan berbagai kalangan juga membuat cara pandangnya terhadap keberangaman lebih terbuka.

Meski harus beradaptasi di awal penempatan, Yasir mengaku dimudahkan karena kesamaan agama. “Aljazair dan Indonesia sama-sama negara Muslim, jadi proses adaptasinya lebih mudah,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa hubungan historis kedua negara sangat erat, bahkan sebelum kemerdekaan Aljazair. “Indonesia juga membantu kemerdekaan Aljazair, kala itu nama Aljazair digaungkan pertama kali di hadapan forum internasional di Konferensi Asia-Afrika Bandung tahun 1955, jadi masyarakat Aljazair sangat menghormati Indonesia,” tambahnya. Ia juga menikmati keuntungan geografis Aljazair. “Dari sini, kita bisa berlibur ke Eropa yang jaraknya dekat. Bahkan untuk haji dan umrah juga lebih mudah.”

Pesan untuk Mahasiswa Sastra Arab UNS

“Ditunggu ya, alumni Sastra Arab UNS untuk jadi diplomat selanjutnya,” pesan Yasir dengan penuh semangat. Pengalamannya membuktikan bahwa lulusan Sastra Arab dapat membuka pintu karier yang tak terduga, bahkan hingga ke dunia diplomasi.

Dari Sastra Arab UNS hingga ke dunia diplomasi di KBRI Alger, Yasir membuktikan bahwa dengan kemampuan bahasa dan pemahaman budaya yang kuat, seorang lulusan Sastra Arab bisa mengemban tugas mulia sebagai duta bangsa di kancah internasional.

“Yang terpenting adalah kesiapan untuk terus belajar dan beradaptasi. Karena di dunia diplomasi, setiap hari adalah kesempatan baru untuk belajar,” pungkasnya. [adm]

Program Studi Sastra Arab

Fakultas Ilmu Budaya 

Universitas Sebelas Maret (UNS)

Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia

Tentang Kami

Tenaga Pengajar

Akreditasi

Tinggal di Solo

Mahasiswa

© 2024 Program Studi Sastra Arab UNS

id_ID