Jika dilihat dari sudut pandang formal, pendidikan mungkin dianggap sebagai kegiatan yang ada di kelas. Akan tetapi, sejatinya pendidikan lebih daripada itu. Hal ini dibuktikan oleh Muhammad Yasril Amri (18), salah satu mahasiswa Sastra Arab UNS angkatan 2024, yang akrab dipanggil Yasril.
Selain berkuliah yang menjadi fokus utamanya, Yasril juga bergiat di bagian keuangan dan pemasaran gerai ayam goreng Hang Chicken di Karanganyar. Tak hanya itu, ia juga menjadi pembina kelompok mentoring BPI di PPTQ Insan Kamil Karanganyar, asisten media sosial di Program Studi Sastra Arab UNS, dan juga content creator di berbagai media sosial, terutama Instagram. Selain itu, ia juga menjadi tentor privat les bahasa Arab. Selain bisnis dan kerja sampingan, ia juga aktif berorganisasi, baik di dalam kampus, seperti Sahabat Masjid NH UNS, maupun di luar kampus, seperti Forum Silaturahmi Remaja Masjid Karanganyar (FOSREMKA).
Dilema Pemilihan Jurusan dan Kampus
“Awalnya, saya ingin masuk Sastra Inggris karena memang dasarnya saya suka belajar bahasa asing, baik bahasa Inggris, Arab, maupun Jepang,” ungkap Yasril. Ia memang suka belajar bahasa asing karena menurutnya belajar bahasa asing memiliki keasyikan tersendiri.
Yasril banyak berkonsultasi mengenai jurusan Sastra Inggris, tentang prospek kerja, belajar apa, dan sebagainya. Setelah mendapat banyak masukan dari orang lain, akhirnya ia membanting stir ke Sastra Arab karena saran dari ibunya. “Sebenarnya Umi membebaskan saya mau memilih jurusan apa, tapi kalau ditanya Umi lebih milih apa, Umi lebih menyarankan ke bahasa Arab,” kenangnya.
Lanjut ke pemilihan universitas. Yasril memiliki dua pilihan, antara UGM dan UNS. “Dulu sempat ada planning buat daftar UGM karena dulu mondoknya di Jogja. Tapi bimbang karena UNS dekat dengan rumah”, jawab Yasril ketika ditanyai tentang pemilihan universitas.
Bermodalkan alasan membantu orang tua di rumah, Yasril akhirnya mencoba untuk mendaftar di UNS. Karena Yasril termasuk siswa eligible di sekolahnya, Yasril mencoba peruntungannya melalui jalur SNBP. “Kalau emang takdir di UNS, insya Allah diterima. Kalau nggak, nanti nyoba SNBT di UGM. Alhamdulillah, sudah lolos di pilihan pertama SNBP,” kenang Yasril yang berhasil lolos masuk Sastra Arab UNS.
Menunggu Masa Kuliah
Setelah lulus SMA, terdapat waktu libur yang cukup lama hingga masa prakuliah dimulai. “Dan kebetulan orang tua buka usaha baru, yaitu ayam krispi. Karena kewajiban sebagai anak, saya membantu mereka, terutama menjadi kasir dan pengantar pesanan. Hingga sekarang masuk kuliah, sekarang malah bisa sekalian mengantar pesanan ke kampus kalau ada teman yang pesan,” cerita Yasril.
Selain itu, Yasril juga mendapat permintaan untuk menjadi pembina kelompok mentoring BPI di SMP-nya dulu. Yasril memenuhi permintaan tersebut dan terus berjalan ketika kuliah.
Kebetulan Viral
“Sebenarnya sudah ada keinginan untuk menjadi content creator. Ketika masih SMP, saya ingin jadi Youtuber, tapi karena mondok hingga SMA, baru bisa terlaksana sekarang,” kenang Yasril. Awal ia mulai semangat untuk membuat konten karena vlognya yang bercerita tentang PKKMB UNS mendapatkan banyak penonton. Akhirnya, ia meneruskan untuk menjadi content creator.
Pesan Guru dan Alumni
“Dulu, guru di SMA berbagi trik agar selalu aktif di perkuliahan. Juga kakak-kakak saya, para alumni, bahkan influencer di media sosial. Mereka berpesan agar aktif di perkuliahan karena akan bermanfaat bagi diri sendiri “, jelas Yasril. Ia membuktikan bahwa dengan aktif di perkuliahan, ternyata banyak kesempatan baru yang datang kepadanya. Ia mampu menjadi asisten media sosial Prodi Sastra Arab UNS. Ia juga mampu menjadi tentor les privat bahasa Arab.
Yasril telah membuktikan bahwa pendidikan tidak hanya pelajaran yang ada di kelas, tetapi pelajaran dapat diperoleh dari pengalaman di kehidupan nyata. Sementara pengalaman dapat diperoleh dengan aktif di mana pun. [mya]