Ketika sebagian orang menganggap naskah kuno hanya tumpukan kertas usang, Fatkhu Rohmatin justru melihatnya sebagai jendela masa lalu yang berharga. Di ruang kerjanya di Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas), alumni Sastra Arab Universitas Sebelas Maret (UNS) asal Ngawi ini menekuni lebih dari ribuan naskah kuno, mengungkap rahasia-rahasia yang tersimpan dalam aksara dan bahasa masa lampau.
Perjalanan Fatkhu ke dunia pernaskahan berawal dari pengalaman magangnya di Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal (BQMI) semasa kuliah. “Ketertarikan ini yang akhirnya memantik saya mengikuti tes CPNS Perpusnas tahun 2018,” kenang alumni angkatan 2012 ini. Berkat latar belakang sastranya, ia ditempatkan di Kelompok Substansi Pengelolaan Naskah Nusantara.
Lebih dari Sekadar Pustakawan
“Menjadi pustakawan ternyata tidak seperti yang saya bayangkan, sekadar duduk-duduk dan menata koleksi,” ungkapnya. Di Perpusnas, Fatkhu menjalankan peran ganda: sebagai filolog, penerjemah, editor jurnal, peneliti, hingga pembicara di forum internasional.
Bersama tim yang terdiri atas berbagai latar belakang sastra seperti Bali, Batak, Bugis, Belanda, dan Jawa, ia melayani peminjaman naskah kuno, membimbing peneliti, dan mengalihaksarakan naskah agar bisa dinikmati masyarakat luas.
Membawa Khazanah Nusantara hingga Qatar dan Arab Saudi
Keahliannya dalam bahasa Arab membuka beragam kesempatan berharga. Fatkhu dipercaya membawa manuskrip nusantara hingga ke Qatar dan Arab Saudi. “Ini kesempatan luar biasa untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia memiliki tradisi keilmuan yang kaya,” tuturnya.
Ia juga berkolaborasi dengan pakar internasional. “Saya berkesempatan berkenalan dan bertukar ilmu dengan reviewer Jumantara dari British Library, University of Hawaii, SOAS University, hingga Universitas Cologne,” ceritanya antusias.
Ilmu dari Sastra Arab UNS menjadi modal berharga bagi Fatkhu. “Mata kuliah penerjemahan dan gramatika Arab sangat membantu dalam alih aksara dan alih bahasa naskah kuno. Begitu juga dengan mata kuliah filologi dan kajian sastra,” jelasnya.
“Kemampuan bahasa Inggris dan pengetahuan budaya Timur Tengah juga krusial, terutama saat pameran di luar negeri. Pustakawan dengan spesialisasi naskah Arab sering diikutkan dalam pameran di wilayah Timur Tengah,” tambahnya.
Pesan untuk Mahasiswa Sastra Arab
“Amazing. Saya senang bisa bekerja di bidang yang sesuai dengan keilmuan dan passion saya,” ungkap Fatkhu. Kepada calon pustakawan muda, ia berpesan, “Biasakan membaca Arab gundul, Arab pegon, Arab Jawi, dan turunan aksara Arab lainnya yang ada di Nusantara. Jangan jenuh membaca dan menerka.”
Di tangan putri Ngawi ini, naskah-naskah kuno tidak lagi menjadi artefak yang terlupakan. Setiap lembar yang ia tekuni adalah kisah yang siap dibagikan kepada dunia, membuktikan bahwa warisan intelektual nusantara layak mendapat tempat di panggung internasional. [adm]