SURAKARTA, SASTRA ARAB UNS — “Menjadi guru bukan cita-cita awal saya, tapi minat itu tumbuh selama kuliah,” ungkap Rosi Dwi Sovani, alumni Sastra Arab Universitas Sebelas Maret (UNS) yang kini menjadi guru PNS di MI Negeri 1 Boyolali. Alumni angkatan 2014 ini membuktikan bahwa sarjana non-kependidikan pun bisa sukses berkarier sebagai pendidik.
Perjalanan Rosi menjadi guru PNS berawal dari rasa penasaran. “Oktober 2018, tepat setelah wisuda, saya coba mendaftar CPNS untuk mengetahui sistem dan alur pendaftarannya,” kenang perempuan asal Grobogan ini. Saat itu, ia sedang menempuh S2 di UIN Raden Mas Said Surakarta.
“Kebetulan di Kemenag ada formasi Guru Bahasa Arab yang bisa diisi lulusan Sastra Arab. Saya tidak ragu mendaftar karena sudah jelas tertulis dalam persyaratan,” jelasnya. Di luar dugaan, Rosi lulus di percobaan pertama dan ditempatkan di MI Negeri 2 Pati.
Guru yang Menginspirasi
“Jangan jadi guru yang biasa-biasa saja. Jadilah guru yang luar biasa agar bisa menginspirasi anak-anak didik,” tegas Rosi yang kini aktif di dunia kepenulisan. Prestasinya termasuk menulis jurnal pendidikan, menjadi pembicara seminar nasional Kemenag, meraih beasiswa LPDP non-gelar, dan terpilih sebagai penulis soal AKMI (Asesmen Kompetensi Madrasah Indonesia) tingkat nasional.
Mata kuliah di Sastra Arab UNS seperti Nahwu, Shorof, Balaghah, dan Percakapan Arab sangat menunjang profesinya. “Saat ini, semua guru wajib mengikuti PPG untuk mendapatkan Sertifikat Pendidik, baik dari prodi pendidikan maupun non-pendidikan,” jelasnya.
Tips Sukses CPNS
Bagi yang berminat mengikuti jejaknya, Rosi menyarankan untuk selalu update informasi tipe soal terbaru SKD dan SKB. “Belajar materi penting, tapi yang lebih penting adalah banyak latihan soal untuk melatih bernalar kritis,” ujarnya.
Untuk SKB formasi guru Kemenag, ia menjelaskan ada tiga tahap: psikotest, microteaching, dan wawancara. “Saat wawancara, tunjukkan minat yang tinggi sebagai calon guru, baik posisi di sekolah maupun di masyarakat,” sarannya.
Pesan untuk Calon Guru
“Ketika memutuskan menjadi guru, jadikan diri dan ruhmu sebagai pendidik yang tulus,” pesan Rosi. Menurutnya, guru tidak hanya mengajar materi, tapi juga mendidik adab dan akhlak.
“Saya bangga dan bahagia menjadi bagian dari usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Meski tidak mudah menghadapi berbagai kondisi peserta didik dan dinamika sistem kurikulum, setidaknya ilmu yang saya dapat bisa bermanfaat bagi anak-anak didik,” tutupnya.
Kesuksesan Rosi membuktikan bahwa gelar Sastra Arab bisa menjadi pintu masuk ke dunia pendidikan, asalkan dibekali minat yang kuat dan komitmen untuk terus berkembang. [adm]