SURAKARTA, SASTRA ARAB UNS — Program Studi Sastra Arab Universitas Sebelas Maret (UNS) berhasil meraih status Akreditasi Unggul dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Status ini tertuang dalam Surat Keputusan tertanggal 12 November 2024 dan berlaku hingga 30 September 2025. Akreditasi Unggul ini merupakan hasil konversi dari status akreditasi sebelumnya yang telah mencapai peringkat A. “Pencapaian ini adalah buah kerja keras seluruh civitas akademika Sastra Arab UNS,” ungkap Dr. Reza Sukma Nugraha, M.Hum., Ketua Program Studi Sastra Arab UNS. “Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam mewujudkan hasil konversi ini,” tambahnya. Reza berharap dengan status baru ini, Program Studi Sastra Arab bisa terus memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Status Akreditasi Unggul merupakan pengakuan tertinggi yang diberikan BAN-PT terhadap mutu pendidikan suatu program studi. [adm]
Bahasa Arab vs AI: Dosen Sastra Arab UNS Paparkan Batas Kemampuan Mesin Penerjemah
SURAKARTA, SASTRA ARAB UNS — Meski teknologi penerjemahan terus berkembang, kecerdasan buatan (AI) masih memiliki keterbatasan dalam menerjemahkan bahasa Arab. “Mesin penerjemah otomatis umumnya baru berada di survival level, sementara pemahaman bahasa butuh lebih dari sekadar terjemahan kata per kata,” ungkap Abdul Malik, S.S., M.Hum., dosen Sastra Arab Universitas Sebelas Maret (UNS) dalam Diklat Nasional Mata Pelajaran Bahasa Arab, Kamis (14/11/2024). Di hadapan lebih dari 170 guru dari berbagai kota di Indonesia, Malik menjelaskan bahwa mesin tidak mampu memahami konteks budaya dalam bahasa. “Kata ‘هتف’ bisa berarti ‘berbisik’ dalam kultur Sudan atau ‘menelepon’ dalam kultur Mesir. Relevansi seperti ini berada di luar algoritma mesin,” paparnya. Malik juga mencontohkan bagaimana istilah-istilah bermuatan budaya tidak bisa diterjemahkan secara leksikal. “Butuh pemahaman mendalam untuk menerjemahkan konsep seperti ‘tumpang sari’ ke dalam bahasa Arab. Mesin tidak bisa memberikan deskripsi yang tepat untuk hal-hal semacam ini,” jelasnya. Keunggulan Penerjemah Manusia “Orang yang memiliki kemampuan bahasa asing pada analytical level cenderung mampu memahami budaya di balik bahasa,” jelas Malik. Ia menekankan bahwa kemampuan ini memberi keunggulan signifikan dibanding mesin penerjemah. Mengutip berbagai penelitian, Malik menunjukkan manfaat lain dari kemampuan dwibahasa. “Penelitian dari Universitas New York, Northwestern, dan York Toronto membuktikan bahwa kemampuan bilingual memperkuat daya ingat, kreativitas, dan kemampuan multitasking,” tuturnya. “Bahkan dari sisi kesehatan, kemampuan dwibahasa terbukti dapat memperlambat penyakit neurologis seperti demensia dan alzheimer. Ini adalah keunggulan yang tidak bisa digantikan teknologi,” tambahnya. Diklat 38 jam pelajaran yang berlangsung hingga 17 November ini diharapkan dapat membantu guru mengembangkan metode pengajaran yang mengoptimalkan kemampuan manusia dalam memahami bahasa Arab secara mendalam, melampaui kemampuan mesin penerjemah. [adm]
Tiga Dekade Mengabdi, Dosen Sastra Arab UNS Raih Satyalancana Karya Satya
SURAKARTA, SASTRA ARAB UNS — Setelah 30 tahun mengabdikan diri sebagai abdi negara, Dr. Suryo Ediyono, M.Hum., dosen Sastra Arab Universitas Sebelas Maret (UNS), menerima Penghargaan Satyalancana Karya Satya. Penghargaan diserahkan langsung oleh Rektor UNS, Prof. Dr. Hartono, dr., M.Si. di Gedung Ki Hadjar Dewantara Tower UNS, Selasa (12/11/2025). “Waktu begitu cepat berlalu,” kenang pria asal Jepara ini saat menerima penghargaan. Suryo memulai kariernya di Universitas Hasanuddin Makassar sebelum akhirnya melanjutkan pengabdian di UNS. Saat ini, lulusan S1, S2, dan S3 Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menjabat sebagai Ketua Komisi Senat Riset, Inovasi, dan Kerjasama Fakultas Ilmu Budaya UNS. Dalam kesehariannya, Suryo yang berdomisili di Yogyakarta menempuh perjalanan pulang-pergi ke Solo demi menjalankan tugasnya sebagai pengajar. Keberadaan istrinya yang bekerja sebagai tenaga kependidikan di UGM turut mendukung aktivitasnya di dunia pendidikan. “Saya merasa bangga dan bersyukur atas kesempatan mengabdi selama ini,” ujar dosen pengampu mata kuliah kebudayaan dan filsafat ini. Kepada dosen-dosen muda, Suryo memberikan pesan bermakna. “Manfaatkan kesempatan yang ada untuk maju dan sukses selagi terbuka. Lakukan hal-hal positif yang bermanfaat,” pesannya. Satyalancana Karya Satya adalah tanda kehormatan yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi kerja dalam melaksanakan tugasnya. [adm]
Merawat Manuskrip Nusantara Bersama Pustakawan Perpusnas Alumni Sastra Arab UNS
Ketika sebagian orang menganggap naskah kuno hanya tumpukan kertas usang, Fatkhu Rohmatin justru melihatnya sebagai jendela masa lalu yang berharga. Di ruang kerjanya di Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas), alumni Sastra Arab Universitas Sebelas Maret (UNS) asal Ngawi ini menekuni lebih dari ribuan naskah kuno, mengungkap rahasia-rahasia yang tersimpan dalam aksara dan bahasa masa lampau. Perjalanan Fatkhu ke dunia pernaskahan berawal dari pengalaman magangnya di Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal (BQMI) semasa kuliah. “Ketertarikan ini yang akhirnya memantik saya mengikuti tes CPNS Perpusnas tahun 2018,” kenang alumni angkatan 2012 ini. Berkat latar belakang sastranya, ia ditempatkan di Kelompok Substansi Pengelolaan Naskah Nusantara. Lebih dari Sekadar Pustakawan “Menjadi pustakawan ternyata tidak seperti yang saya bayangkan, sekadar duduk-duduk dan menata koleksi,” ungkapnya. Di Perpusnas, Fatkhu menjalankan peran ganda: sebagai filolog, penerjemah, editor jurnal, peneliti, hingga pembicara di forum internasional. Bersama tim yang terdiri atas berbagai latar belakang sastra seperti Bali, Batak, Bugis, Belanda, dan Jawa, ia melayani peminjaman naskah kuno, membimbing peneliti, dan mengalihaksarakan naskah agar bisa dinikmati masyarakat luas. Membawa Khazanah Nusantara hingga Qatar dan Arab Saudi Keahliannya dalam bahasa Arab membuka beragam kesempatan berharga. Fatkhu dipercaya membawa manuskrip nusantara hingga ke Qatar dan Arab Saudi. “Ini kesempatan luar biasa untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia memiliki tradisi keilmuan yang kaya,” tuturnya. Ia juga berkolaborasi dengan pakar internasional. “Saya berkesempatan berkenalan dan bertukar ilmu dengan reviewer Jumantara dari British Library, University of Hawaii, SOAS University, hingga Universitas Cologne,” ceritanya antusias. Ilmu dari Sastra Arab UNS menjadi modal berharga bagi Fatkhu. “Mata kuliah penerjemahan dan gramatika Arab sangat membantu dalam alih aksara dan alih bahasa naskah kuno. Begitu juga dengan mata kuliah filologi dan kajian sastra,” jelasnya. “Kemampuan bahasa Inggris dan pengetahuan budaya Timur Tengah juga krusial, terutama saat pameran di luar negeri. Pustakawan dengan spesialisasi naskah Arab sering diikutkan dalam pameran di wilayah Timur Tengah,” tambahnya. Pesan untuk Mahasiswa Sastra Arab “Amazing. Saya senang bisa bekerja di bidang yang sesuai dengan keilmuan dan passion saya,” ungkap Fatkhu. Kepada calon pustakawan muda, ia berpesan, “Biasakan membaca Arab gundul, Arab pegon, Arab Jawi, dan turunan aksara Arab lainnya yang ada di Nusantara. Jangan jenuh membaca dan menerka.” Di tangan putri Ngawi ini, naskah-naskah kuno tidak lagi menjadi artefak yang terlupakan. Setiap lembar yang ia tekuni adalah kisah yang siap dibagikan kepada dunia, membuktikan bahwa warisan intelektual nusantara layak mendapat tempat di panggung internasional. [adm]
Terbitkan Belasan Buku, Alumni Sastra Arab UNS Pilih Berkarier di Dunia Anak
SURAKARTA, SASTRA ARAB UNS — Dunia penulisan buku anak ternyata menjadi ladang berkarya yang menjanjikan bagi lulusan Sastra Arab. Hal ini dibuktikan oleh Tiara Arumsari, alumni Universitas Sebelas Maret (UNS) yang telah melahirkan lebih dari 15 buku anak sejak bergabung dengan Penerbit Ziyad Visi Media (Ziyadbooks) Solo. “Menulis untuk anak-anak itu seni tersendiri. Kita harus menyampaikan pesan dengan kalimat yang singkat namun tetap mudah dimengerti,” ungkap editor sekaligus penulis asal Andong, Boyolali ini. Passion dalam Menulis Tiara tidak langsung terjun ke dunia penulisan anak. Awalnya, alumni angkatan 2014 ini bekerja sebagai editor buku pelajaran agama Islam dan bahasa Arab. “Setelah dua tahun, saya ingin mencoba hal baru. Namun takdir membawa saya ke penulisan buku anak, dan ternyata di sinilah passion saya,” kenangnya. “Menyenangkan dan sangat bersyukur bisa menulis karya yang bermanfaat bagi anak-anak. Menulis untuk anak juga terus mengasah kemampuan berbahasa kita,” tambahnya. Di era digital, menulis buku anak justru memiliki prospek menjanjikan. “Kebutuhan literasi anak akan terus ada. Orang tua selalu membutuhkan referensi bacaan untuk mendidik anak-anak mereka,” jelas Tiara.Buku anak juga terus berevolusi. “Sekarang ada buku digital, buku berfitur pop up, dan buku lift the flap. Ini membuktikan bahwa buku anak tidak akan ketinggalan zaman,” tambahnya. Latar belakang Sastra Arab ternyata memberi nilai plus dalam menulis buku anak. “Kemampuan penerjemahan kosakata Indonesia-Arab, pemahaman transliterasi huruf hijaiyah, dan pengetahuan sejarah Islam sangat membantu, terutama saat menulis cerita anak islami,” tuturnya. Tips Sukses Menulis Buku Anak Bagi yang tertarik menjadi penulis buku anak, Tiara memberikan beberapa tips. “Pertama, perbanyak membaca referensi buku anak. Kedua, latih kemampuan mengolah kata dan kalimat yang sesuai untuk anak-anak. Terakhir, cari tema-tema unik yang disukai anak,” sarannya. “Yang terpenting adalah konsistensi dan terus belajar. Menulis untuk anak membutuhkan kepekaan dan kesabaran ekstra,” tutup Tiara, yang kini terus aktif menghasilkan karya-karya baru untuk pembaca ciliknya. [adm]
Jadi Auditor BPK, Alumni Sastra Arab UNS Ceritakan Peran Bahasa Arab dalam Pemeriksaan Keuangan
SURAKARTA, SASTRA ARAB UNS — Latar belakang Sastra Arab tak menghalangi Tamara Gissela berkarier di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Alumni Universitas Sebelas Maret (UNS) angkatan 2013 ini kini menjabat sebagai Pemeriksa Ahli Pertama di BPK Perwakilan Provinsi Lampung. “Banyak tantangan yang harus dihadapi, seperti mempelajari hal-hal baru yang tidak linier dengan jurusan kita. Contohnya akuntansi, hukum, teknik sipil, dan ekonomi pembangunan,” ungkap perempuan asal Jakarta ini. Peran Bahasa Asing di BPK Meski terkesan tidak berhubungan, kemampuan bahasa asing ternyata sangat dibutuhkan di BPK. “Kami melakukan pemeriksaan pada kementerian dan lembaga seperti Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Agama yang banyak kontraknya menggunakan bahasa asing. Ada juga pemeriksaan di luar negeri,” jelasnya. Tamara menambahkan, latar belakang Sastra Arab berperan penting saat melakukan pemeriksaan yang membutuhkan pengetahuan khusus. “Misalnya saat pemeriksaan terkait penyelenggaraan haji,” ujarnya. Sebagai lembaga negara, BPK memiliki perwakilan di seluruh provinsi Indonesia. “Penempatan ditentukan berdasarkan kebutuhan organisasi. Untungnya, kantor BPK semuanya berada di ibu kota provinsi. Hanya saat pemeriksaan saja diharuskan ke kabupaten-kabupaten,” jelasnya. Tips Sukses Seleksi Bagi yang tertarik mengikuti jejaknya, Tamara memberikan tips sederhana. “Perbanyak latihan soal, atur waktu pengerjaan dengan baik, dan jangan lupa perbanyak jalur langit,” ujarnya. Yang terpenting, menurut Tamara, adalah kemampuan menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. “Work-life balance sangat penting dalam menjalani profesi ini,” tegasnya. Kisah Tamara membuktikan bahwa lulusan Sastra Arab memiliki peluang berkarier yang luas, bahkan di institusi yang tidak secara langsung berhubungan dengan bahasa Arab. “Yang penting adalah kemauan untuk terus belajar dan beradaptasi dengan hal-hal baru,” pungkasnya. [adm]
Buktikan Sarjana Non-Pendidikan Bisa Jadi Guru PNS, Alumni Sastra Arab: “Jangan Jadi Guru Biasa”
SURAKARTA, SASTRA ARAB UNS — “Menjadi guru bukan cita-cita awal saya, tapi minat itu tumbuh selama kuliah,” ungkap Rosi Dwi Sovani, alumni Sastra Arab Universitas Sebelas Maret (UNS) yang kini menjadi guru PNS di MI Negeri 1 Boyolali. Alumni angkatan 2014 ini membuktikan bahwa sarjana non-kependidikan pun bisa sukses berkarier sebagai pendidik. Perjalanan Rosi menjadi guru PNS berawal dari rasa penasaran. “Oktober 2018, tepat setelah wisuda, saya coba mendaftar CPNS untuk mengetahui sistem dan alur pendaftarannya,” kenang perempuan asal Grobogan ini. Saat itu, ia sedang menempuh S2 di UIN Raden Mas Said Surakarta. “Kebetulan di Kemenag ada formasi Guru Bahasa Arab yang bisa diisi lulusan Sastra Arab. Saya tidak ragu mendaftar karena sudah jelas tertulis dalam persyaratan,” jelasnya. Di luar dugaan, Rosi lulus di percobaan pertama dan ditempatkan di MI Negeri 2 Pati. Guru yang Menginspirasi “Jangan jadi guru yang biasa-biasa saja. Jadilah guru yang luar biasa agar bisa menginspirasi anak-anak didik,” tegas Rosi yang kini aktif di dunia kepenulisan. Prestasinya termasuk menulis jurnal pendidikan, menjadi pembicara seminar nasional Kemenag, meraih beasiswa LPDP non-gelar, dan terpilih sebagai penulis soal AKMI (Asesmen Kompetensi Madrasah Indonesia) tingkat nasional. Mata kuliah di Sastra Arab UNS seperti Nahwu, Shorof, Balaghah, dan Percakapan Arab sangat menunjang profesinya. “Saat ini, semua guru wajib mengikuti PPG untuk mendapatkan Sertifikat Pendidik, baik dari prodi pendidikan maupun non-pendidikan,” jelasnya. Tips Sukses CPNS Bagi yang berminat mengikuti jejaknya, Rosi menyarankan untuk selalu update informasi tipe soal terbaru SKD dan SKB. “Belajar materi penting, tapi yang lebih penting adalah banyak latihan soal untuk melatih bernalar kritis,” ujarnya. Untuk SKB formasi guru Kemenag, ia menjelaskan ada tiga tahap: psikotest, microteaching, dan wawancara. “Saat wawancara, tunjukkan minat yang tinggi sebagai calon guru, baik posisi di sekolah maupun di masyarakat,” sarannya. Pesan untuk Calon Guru “Ketika memutuskan menjadi guru, jadikan diri dan ruhmu sebagai pendidik yang tulus,” pesan Rosi. Menurutnya, guru tidak hanya mengajar materi, tapi juga mendidik adab dan akhlak. “Saya bangga dan bahagia menjadi bagian dari usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Meski tidak mudah menghadapi berbagai kondisi peserta didik dan dinamika sistem kurikulum, setidaknya ilmu yang saya dapat bisa bermanfaat bagi anak-anak didik,” tutupnya. Kesuksesan Rosi membuktikan bahwa gelar Sastra Arab bisa menjadi pintu masuk ke dunia pendidikan, asalkan dibekali minat yang kuat dan komitmen untuk terus berkembang. [adm]
Grup Riset Kajian Timur Tengah UNS Latih Siswa Madrasah Muallimaat Yogyakarta Baca Teks Arab Gundul
YOGYAKARTA, SASTRA ARAB UNS — Grup riset (research grup) Kebudayaan Timur Tengah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) menggelar pelatihan membaca teks Arab gundul di Madrasah Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta. Pelatihan empat hari ini bertujuan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami referensi Islam klasik. “Banyak buku referensi hukum Islam ditulis tanpa harakat atau ‘gundul’. Sayangnya, masih banyak santri di pondok pesantren modern yang kesulitan membacanya meski telah belajar ilmu Nahwu dan Sharaf,” ujar ketua tim pengabdian, Ahmad Jazuli, S.S., M.A., Rabu (6/11/2024). Permasalahan serupa juga dialami siswa Madrasah Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta. “Pembelajaran Nahwu dan Sharaf selama ini lebih banyak mengandalkan hafalan dan pemahaman kaidah, tanpa praktik langsung pada teks Arab,” jelasnya. Empat Hari Intensif Pelatihan dirancang dengan skema pembelajaran yang sistematis. Hari pertama, siswa dibekali materi pengenalan fungsi ilmu Nahwu dan Sharaf yang dikemas secara menarik, dilanjutkan dengan pretest untuk mengukur pemahaman awal. “Di hari kedua, kami membimbing siswa berlatih membaca teks Arab gundul dengan benar berdasarkan kaidah Nahwu dan Sharaf. Hari ketiga fokus pada praktik memberi harakat,” paparnya. Pelatihan ditutup dengan postest dan evaluasi bersama di hari keempat. “Hasilnya menunjukkan peningkatan signifikan dibanding pretest. Ini membuktikan metode pembelajaran yang kami terapkan berhasil,” tambahnya. Pentingnya Praktik Langsung Menurut tim pengabdi, kunci keberhasilan pelatihan ini terletak pada pendekatan praktis. “Siswa tidak hanya menghafal kaidah, tapi langsung mempraktikkannya pada teks Arab gundul,” jelasnya.“Kami berharap metode ini bisa menjadi contoh pembelajaran Nahwu dan Sharaf yang efektif dan menarik bagi madrasah-madrasah lain,” tutupnya. Pelatihan yang diikuti puluhan siswa ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat FIB UNS dalam meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Arab di Indonesia. [JAZ]
Segera Daftar! Dosen Sastra Arab UNS Berbagi Ilmu di Diklat Nasional
SURAKARTA, SASTRA ARAB UNS — Abdul Malik, S.S., M.Hum., dosen Program Studi Sastra Arab Universitas Sebelas Maret (UNS) akan menjadi narasumber dalam Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Nasional Mata Pelajaran Pendidikan Bahasa Arab yang diselenggarakan secara daring pada 14-17 November 2024. “Pelatihan ini akan fokus pada peningkatan kemampuan berbicara bahasa Arab, termasuk teknik dan praktik efektif dalam pengajarannya,” ungkap Abdul Malik saat dihubungi, Jumat (8/11/2024). Diklat yang bernilai 38 jam pelajaran (JP) ini akan dilaksanakan melalui platform Zoom dan disiarkan langsung di kanal YouTube e-Guru TV setiap malam mulai pukul 19.30 WIB. Program ini terbuka bagi guru bahasa Arab dari seluruh Indonesia dengan sistem donasi sukarela. “Peserta akan mendapatkan berbagai fasilitas, mulai dari materi diklat, rekap daftar hadir, hingga contoh laporan pengembangan diri,” jelas Abdul Malik. Selain itu, peserta juga akan memperoleh e-sertifikat dan kesempatan membangun relasi dengan guru bahasa Arab se-Indonesia. Ketua Program Studi Sastra Arab UNS, Dr. Reza Sukma Nugraha, M.Hum., mengapresiasi keterlibatan dosen Sastra Arab dalam pelatihan nasional ini. “Ini merupakan bentuk kontribusi nyata civitas akademika UNS dalam pengembangan pengajaran bahasa Arab di Indonesia,” ujarnya. Diklat dengan kuota terbatas ini menerima pendaftaran melalui tautan https://s.id/Daftar38JP-BhsArabNov24. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi panitia melalui WhatsApp di nomor 089616894351 (Admin Cahya) atau 0895320377467 (Admin Bayu).
Tak Sepopuler HI atau Ilmu Politik, Alumni Sastra Arab UNS Buktikan Bisa Jadi Diplomat
“Menjadi diplomat tidak harus dari jurusan Hubungan Internasional,” ujar Mohammad Yasir, alumni Sastra Arab Universitas Sebelas Maret (UNS) yang kini bertugas sebagai Pejabat Fungsi Ekonomi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Alger, Aljazair. Pria kelahiran Ngawi ini membuktikan bahwa lulusan Sastra Arab memiliki peluang yang sama untuk berkiprah di dunia diplomasi. Perjalanan Yasir ke dunia diplomasi berawal dari sebuah kesempatan. “Saat itu ada lowongan CPNS di Kementerian Luar Negeri untuk formasi diplomat, dan salah satu yang dibutuhkan adalah lulusan Sastra Arab,” kenang alumnus angkatan 2013 ini. Meski mengakui bahwa alumni Sastra Arab tidak sepopuler lulusan Hubungan Internasional, Ilmu Hukum, Ilmu Politik, atau Ilmu Ekonomi dalam dunia diplomasi, Yasir melihat keunggulan tersendiri. “Lulusan Sastra Arab memiliki nilai plus, terutama dalam kemampuan berbahasa Arab dan pemahaman kultur Timur Tengah yang mumpuni,” jelasnya. Tantangan Seorang Diplomat “Keahlian paling dasar seorang diplomat adalah kemampuan beradaptasi,” tegas Yasir. Ia menjelaskan bahwa seorang diplomat bisa ditempatkan di berbagai negara dengan situasi yang berbeda-beda. “Bayangkan, dari KBRI Berlin yang lengkap fasilitasnya, bisa saja penempatan selanjutnya di KBRI Kyiv atau Khartoum yang sedang dilanda konflik.” Selain adaptasi, kemampuan berbahasa asing, berdiplomasi, dan bernegosiasi juga menjadi kunci. Di sinilah peran mata kuliah yang ia terima di Sastra Arab UNS. “Mata kuliah Etika Diplomasi memberi pemahaman dasar tentang praktek diplomasi. Sedangkan mata kuliah terkait Timur Tengah, baik bahasa, sastra, sejarah, maupun politik sangat membantu tugas saya,” ungkapnya. Hidup di Negeri Orang Bertugas di Aljazair memberi Yasir banyak pengalaman berharga. “Di sini kita belajar mengenal orang lain dari segala aspek kehidupan, mulai dari budaya, ekonomi, politik, hingga adat istiadat,” ceritanya. Interaksi dengan berbagai kalangan juga membuat cara pandangnya terhadap keberangaman lebih terbuka. Meski harus beradaptasi di awal penempatan, Yasir mengaku dimudahkan karena kesamaan agama. “Aljazair dan Indonesia sama-sama negara Muslim, jadi proses adaptasinya lebih mudah,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa hubungan historis kedua negara sangat erat, bahkan sebelum kemerdekaan Aljazair. “Indonesia juga membantu kemerdekaan Aljazair, kala itu nama Aljazair digaungkan pertama kali di hadapan forum internasional di Konferensi Asia-Afrika Bandung tahun 1955, jadi masyarakat Aljazair sangat menghormati Indonesia,” tambahnya. Ia juga menikmati keuntungan geografis Aljazair. “Dari sini, kita bisa berlibur ke Eropa yang jaraknya dekat. Bahkan untuk haji dan umrah juga lebih mudah.” Pesan untuk Mahasiswa Sastra Arab UNS “Ditunggu ya, alumni Sastra Arab UNS untuk jadi diplomat selanjutnya,” pesan Yasir dengan penuh semangat. Pengalamannya membuktikan bahwa lulusan Sastra Arab dapat membuka pintu karier yang tak terduga, bahkan hingga ke dunia diplomasi. Dari Sastra Arab UNS hingga ke dunia diplomasi di KBRI Alger, Yasir membuktikan bahwa dengan kemampuan bahasa dan pemahaman budaya yang kuat, seorang lulusan Sastra Arab bisa mengemban tugas mulia sebagai duta bangsa di kancah internasional. “Yang terpenting adalah kesiapan untuk terus belajar dan beradaptasi. Karena di dunia diplomasi, setiap hari adalah kesempatan baru untuk belajar,” pungkasnya. [adm]